Saat-saat seperti ini,pintu t'lah terkunci,lampu t'lah mati,ku ingin pulang tuk segera berjumpa denganmu..."
Lagu itu mengalun pelan dari HP 'super ga canggih'-ku dengan diiringi suara 'kemresek' ga jelas.HP yang sudah aku tempel sana-sini serta gantungan hijau-kuning-merah yg aku beli di stasiun pasar minggu yg semakin memperburuk tampilan visualnya.
Tapi,aku cinta HP-ku!
Karena dari sana bisa aku temukan suasana kampungku.Karena aku rindu kampungku.
Rindu disaat aku seperti Ninja Hatori yg mendaki gunung lewati lembah demi seekor burung untuk santap malam kucingku.
Rindu masa SD-ku,ketika yg ada di otakku hanyalah benda bundar bernama bola.
Ketika dg bangganya memamerkan seragam bola bergaris hitam-ungu dan sepatu bola yg dibeli di Pringsewu pada teman-teman mainku.
Rindu ketika bolos ngaji dan pulang dalam keadaan penuh tanah di baju dan bersiap dihadang Bapak di depan pintu.Di hadang tatapan mata Bapak yg selalu 'Diam Tanpa Kata'.Serta omelan Ibuku yg bersiap-siap mengguyur badan anak perempuan bungsunya dg air hangat langsung dari pancinya.
Aku cinta HP-ku!
Karena darinya bisa aku dengar suara Bapak yg mungkin sudah lupa akan namaku.Karena tak sekalipun dia menyapa namaku,tapi sebutan khasnya,'Dek'.
Suara Bapak yg membuatku selalu rindu akan rumahku.
Juga merindu kamarku yg tak pantas disebut kamar seorang perempuan.Kamar yg kata Ibuku lebih miri bengkel ga laku,karena tangan usil ini telah menyemprot dindingnya dg pilok warna hitam,grafity ceritanya,serta menggambar 'kinjeng kepenyet' ala Lilis Wiyatmo dg ukuran super jumbo.
Aku cinta HP-ku!
Ketika rasa damai membelai saat melihat gapura bertuliskan 'Sakai Sambayan',tanda memasuki wilayah Anglo,daerah tempat aku dilahirkan.
Ketika aku temui orang-orang yg dulu selalu menyapaku dg sebutan 'Adek Wiyatmo'.Melewati jembatan Is yg dibawahnya mengalir kali Is,serta masjid Jami Al Ikhlas,tempat dimana aku pernah menghabiskan waktu senja hingga Isya,latihan rebana,tidur saat menunggu waktu buka puasa,ngumpetin sendal Abah Rojak,iseng mukulin bedug,hingga cakar-cakaran dg Ferdinal Markos,teman kecilku.
Semua kenangan berdansa di otakku.
Tentang lagu 'Menthok-Menthok Tak Kandani',satu-satunya lagu yg pernah dinyanyikan Bapak sambil mengusap jidatku yg selebar lapangan voli.
Rindu masakan Ibuku.
Rindu mas Iping,kakak pertamaku,yg dulu sempat menjadi teman minum kopi.
Rindu mbak Uwi yg selalu memanggilku dg sebutan 'Lik' meski aku sangat tak menyukainya.
Juga banyak hal tentang SMAN 1 Gading.Tempat aku menghabiskan 3 tahun masa SMA.
Rindu teman-teman kelas XI-XII Bahasa.Rindu nyanyi lagu-lagu Sheila On7 di tangga kelas meski berkali-kali dikejar pak Oman.
Rindu latihan vokal grup bersama teman-teman vokal grup kelas Bahasa menyanyikan lagu daerah Lampung.
Tentang puisi 'Api-Api Kecil' yg selalu menjadi modalku saat mengikuti lomba puisi.
Juga rindu ketika menjadi 'kuncen' Mading,menjadi penyiar radio SMA,meski setengah hati karena ditempatkan dalam program tembang kenangan dan akhirnya memutuskan menjadi operator saja.
Dan aku masih cinta HP-ku!
Dan aku rindu Bumi Ruwa Jurai-ku.Aku rindu senyuman padi.Rindu pantai Tirtayasa,bau amis terminal Cimeng,patung Gajah di Bandar Lampung,keripik pisang,sambel seruit,jalan raya Way Ratay,lapangan bola Anglo,gunung Pesawaran,pasar Kedondong,perempatan Gedong Tataan,SDN 04 Is,SMPN 1 Kedondong,Bukit Bintang,pelabuhan Bakauheni,temen cowok di kosan mbah Lurah,mushola SMA,angkot Lampung-Cepat,dan Rizmandia Azhari.
Karena Rizmandia Azhari adalah cerita tentang hati yg hening,jiwa yg diam,perasaan tak bersuara,dan jeritan tanpa kata.
Karena Rizmandia Azhari adalah kenangan tentang upacara bendera,kebersamaan sunyi di mushola,sepatu di teras ruang multimedia,serta soto mbak Leni yg yummy.
Karena Rizmandia Azhari adalah sepotong mozaik hidup yg tak mungkin terhapus begitu saja.Walaupun cerita tentang hati akan tetap hening selamanya.
Lalu kerinduan tentang Lampungku pelan-pelan makin memanas dan memuncak mengalirkan air yg telah sekian lama tak menetes dari mata ini.
Dan semua kenangan tetap berdansa dalam otakku meski lagu dari HP 'super ga canggih'-ku telah berhenti.
Dan aku benar-benar rindu kenangan itu.
Rindu.
Benar-benar rindu.
Jakarta,12 Desember 2008