Belum terlalu siang ketika aku mulai menulis lagi.Bercengkrama dg otak bermasalah dan jiwa sakit ini.Belum terlalu siang saat jiwa sakit ini meronta,meminta lepas dari jeruji besi ketidakmengertian yang sekian lama menjadi bui.Rantai itu turut mempertegas suasana,bahwa jiwa ini memang sakit,otak ini memang bermasalah dan pikiran culun ini pun turut memeriahkannya.Daun masih hijau,angin masih bertiup,ombak masih di laut,ikan belum letih berenang,dan aku pun masih di sini.Di sudut kota ini.Mungkin inilah kulminasi dari apa yang kusebut mencari.Titik didih dari semua bentuk ketidakmengertian akan sebuah arti yang hingga kini,entah dimana kamusnya.Lagu itu tak bisa aku dengarkan,meski volumenya begitu memekakkan telinga.Aroma wangi itu tak dapat kuhirup,meski telah kukembangkan lubang hidung dan kutata bulu hidungku sedemikian rupa.Aku tetap tak bisa.Dia tetap tidur lelap di kotak tua yang berdinding kelabu dan kedinginan.Entah sampai kapan waktunya.Aku tak tau dan tetap bodoh menganggap ini nyata.Separuh bagian hati yang lelah ini tetap tak bisa terima kata mereka,yang mengatakan bahwa ini fatamorgana di kefanaan tak berujung ini.Masih lelah mata ini.Menatap satu titik kosong dan hampa,dg abu-abu serta aroma tak sedap yang menuba udara.Dan tetap tak mengerti.Mengapa masih rela mata ini menatap.Walau tetesnya semakin deras.Masih dengan ketidakmengertian tanpa ujung dan pangkal,tanpa hulu dan hilir,tanpa akar dan daun.Aku tak tau awal dari ketidakmengert4an ini,dan aku pun tak tak mengerti tentang akhir dari semua ini.
Dan semakin aku menulis,ketidakmengertian ini semakin nyata terlihat.Lalu dimana aku harus mencari kamusnya?