Tuesday, October 27, 2009

sesuatu di mata itu....

Sekilas lalu,hanya sekilas lalu ketika mata itu tiba-tiba tertuju pada mataku.Menatap hanya dengan tatapan sekilas yang dengan hebatnya mampu berbekas dalam di mata ini.Pagi hari ketika itu.Saat embun pun masih dengan lembut menyelimuti alam yang menyambut kedatangan sang bos cahaya.

Dan ternyata,siang itu di tengah panas yang menjambak rambutku,tatap itu kembali hadir dengan sekilasnya yang lebih lembut.Lebih berbekas,meskipun lebih sekilas.

Angin pun mengantarkanku melanjutkan hidup hingga suatu sore tiba dengan indahnya.Sebuah pesan singkat dari sebuah jaringan pertemanan terkirim dengan gagahnya.Dan aku bahagia…

Namun ketika bahagia itu perlahan menampakkan dirinya,tiba-tiba tatap itu hilang.Lenyap menyembunyikan dirinya di balik awan lembut di puncak gunung.

Sampai akhirnya,jadilah aku selembar daun yang terbang dibawa angin mencari pohon.Mencari pohon tempat bersandar.Terbang mendatangi setiap puncak gunung yang kata orang adalah tempat dimana pohonku berdiri dengan gagahnya.Tapi nihil….

Kata orang,”daun terbang karena terbawa angin atau karena pohon tak menginginkannya tinggal”.Tapi aku,daun yang ini,terbang bukan karena dua hal itu,tapi karena aku yang menginginkannya.


Sekarang ini,aku tetap menunggu,menuggu waktu yang tepat serta cara yang indah untuk menemukan pohonku kembali.Menemukannya dengan utuh dan gagah.


Mungkin dia disana sedang melangkah dengan dengan kerinduan.Ditemani awan,pasir,dan burung-burung yang berkicau dengan riangnya.

bahasa angin...

dan angin itu menghembuskan sesejuk kesegaran yang tak biasa
ketika sang saat muncul dengan penuh keraguan
menimpangkan harapan yang selalu menyeruak dalam lubuk
hening
pelan
perlahan
namun menusuk hingga ke ulu hati terdalam…

dan angin itu meniupkan sesejuk embun yang tak biasa
pada terik yang juga sangat tak biasa
pada rasa yang begitu tak biasa
pada gundah yang membuat hidup menjadi tak biasa

dan…
angin itu berbisik perlahan tentang sebait panjang cerita
tentang kawanan burung dan capung yang terbang rendah ketika hujan
tentang setumpuk daun kering di pinggir jalan setapak
tentang pepohonan gagah yang kehilangan daunnya
tentang aku
tentang kamu
tentang kita
tentang cinta…

lalu…
bisikan angin itu mengiringi gonggong anjing yang menyalak tak tau diri dari balik pintu
ketika aku berjalan mengikuti setapak yang penuh kering dedaunan
mencari jejak kakinya yang baru saja berlari
mencari sisa hati yang mungkin saja dia jatuhkan untukku di sini

dan hai angin…
bawa rasa ini ke tempat yang sebenarnya tak terlalu jauh dari hatiku
katakan pada hati itu,
aku merindunya……..


Jakarta,27 Mei 2009
SEPI