Saya punya kebiasaan yang aneh.Entah itu bad habit apa bukan,yang jelas itu aneh.Saya suka berdiri bengong di Pasar Minggu (pasarnya).
Sebenernya ga disengaja,tapi kebiasaan saya itu selalu berlangsung di hari Jumat.
Awalnya,semua dimulai sejak beberapa semester yang lalu,awal tahun kemaren kalo ga salah.Tiap Jumat siang,saya selalu pergi ke Pasar Minggu nyari buah.Tiap dateng,saya selalu turun dari angkot di depan Ramayana Dept.Store.Saya akan jalan kaki sambil ngeliat buah yg di-display *pasar aja pake display*.
Saya akan berjalan sampai ke ujung pasar,hampir ke terminal.Secara ga sadar,saya sangat menikmati jalan kaki ini.Padahal matahari sudah pasti ga ngasih ampun.Tapi saya malah ga ngerasain panas.Semuanya karena saya tertarik mengamati kehidupan para pedagang di sepanjang jalan yang saya lewati.
Mendengarkan obrolan mereka terkadang membuat saya tersenyum.Obrolan-obrolan ringan yang seringkali menimbulkan gelak tawa diantara mereka.Mungkin obrolan mereka ga penting,tapi terdengar ikhlas.
Wajah-wajah lelah mereka membuat saya sadar bahwa hidup itu berusaha.
Dan di sana saya menemukan Indonesia saya yang seakan disembunyikan oleh gedung-gedung tinggi Jakarta.
Yak,itulah Indonesia saya yang ramah.Indonesia saya yang gemah ripah loh jinawi.
Saya tidak menemukan Indonesia saya di antara tamu-tamu hotel tempat saya pernah bekerja.Saya juga tidak menemukannya di antara pengunjung mall dan pusat-pusat hiburan lainnya.
Indonesia saya ternyata ada di wajah para pedagang kaki lima,yang ketika makan membuat saya ingin disuapi,meskipun mereka makan hanya dengan nasi dan tumis kangkung.Tapi ikhlas di wajah mereka yang sangat mengagumkan.
Dan ketika malam,5 agustus 2010,saya dengan tanpa rencana duduk di tempat yang selama ini tak terbayangkan oleh saya bersama seseorang yang membuat saya menemukan Indonesia saya.Lagi.
Untuk Indonesia saya,kau tetap ada dalam sumsumku.
No comments:
Post a Comment