Beberapa waktu terakhir ini, saya sedang sangat sering menghabiskan waktu menonton drama-drama Taiwan dari dvd bajakan yang saya beli di agen dvd bajakan di depan stasiun Pasarminggu. Hal ini saya lakukan untuk menghindari keinginan pergi keluar rumah yang berujung pada pemborosan uang yang jumlahnya tak seberapa ini.
Akhir-akhir ini saya memang selalu menolak saat diajak jalan oleh teman-teman saya. Saya selalu menyiapkan alasan terlogis. Bukan, saya bukan membohongi orang dengan alasan penolakan saya. Saya hanya mencoba menolak sepantasnya. Penolakan itu saya lakukan karena saya ingin menyisihkan uang yang tidak seberapa itu untuk membeli laptop. Iya, saya tidak punya perangkat komputer ataupun laptop. Agak aneh sih di jaman saat harga alat elektronik lebih murah dari harga beras merah ini masih ada orang yang mengenal internet dan tidak punya laptop.
Bagaimana saya menulis untuk blog saya? Saya menggunakan handphone. Handphone saya bagus? Tidak. Saya menggunakan handphone jenis Samsul Galaxy Series versi bobrok yang hanya keluar di pasaran beberapa bulan saja. Bahkan teman-teman kantor saya tidak menyangka saya memposting foto di instagram menggunakan hp saya ini. Karena memang hp saya ini tidak pantas berisi fitur-fitur di android.
Tapi saya adalah jenis orang yang selalu ingin memanfaatkan semua hal dengan se-efektif mungkin. Karena saya tidak mau rugi. Bisa dibilang saya pelit, saya akui itu. Karena ketidakmampuan saya akan beberapa hal, menjadikan saya orang yang tidak ingin menyia-nyiakan apapun. Kalau ada yang masuk ke kamar kost saya dan membuka lemari, mereka akan menemukan harta berharga saya berupa beberapa botol beling bekas minuman bervitamin dan beberapa jar bekas selai yang diberi oleh teman kantor saya. Barang-barang itu mungkin bagi kebanyakan orang tidak berguna dan hanya akan menjadi sampah. Tapi menurut saya, mereka pasti berguna untuk saya.
Saya sering menulis tentang ketidakmampuan saya dalam hal ekonomi bukan bermaksud selalu mengeluh dan ingin orang mengasihani saya. Justru dengan menuliskannya, saya sedang mencoba bersyukur dengan apa yang saya punya. Karena menuliskannya adalah salah satu cara saya berterimakasih kepada Tuhan yang selalu memberikan ide kepada saya. Karena seringkali, ide lebih berguna dari uang. Dan dengan memiliki koleksi botol beling bekas, saya selalu merasa saya lebih punya sesuatu daripada orang lain :D
Semua barang yang saya beli, termasuk baju kerja dan sepatu, adalah barang yang harganya jauh dari standar harga untuk barang bagus. Kalau kalian pergi ke Pasarminggu, pasti akan melihat toko baju di samping bank BRI bernama Ananda. Kalian akan menemukan saya berada di lantai 2 toko tersebut di bagian baju dengan tulisan harga 20 ribu saat hari gajian tiba. Atau saat Pasarminggu belum ditertibkan, kalian akan melihat saya berebut tempat dengan ibu-ibu dan pekerja rumah tangga di lapak obral sepatu seharga 15 ribu per pasang. Atau, kalian juga akan melihat saya jalan kaki dari stasiun Pasarminggu sampai ke kost di daerah Salihara setiap sore. Saya bersyukur punya kaki yang kuat untuk berjalan. Karena kaki saya kuat berjalan, maka saya tidak harus menghabiskan uang Rp. 3000 untuk membayar angkot. Pelit dan hemat memang seperti cinta dan benci, perbedaannya sangat tipis :)))
Tentang laptop tadi, kenapa saya ingin memiliki laptop? Bukan untuk twitteran kok, karena saya juga kurang suka ngetwit via web.
Saya selalu ingin menjadi orang yang bisa menuliskan apa yang saya lihat setiap saya mengunjungi tempat baru. Saya ingin seperti Xia Xiao Yu, wanita di drama Taiwan berjudul Tong Flower Love yang setiap kali berpetualang mengunjungi tempat baru selalu menuliskan apa yang saya lihat. Sebenarnya saya bisa menuliskan menggunakan handphone saya seperti biasanya saya menulis untuk blog saya ini, tapi menulis menggunakan perangkat dengan layar sentuh yang lebarnya tak seberapa ini sangatlah susah. Pokoknya susah deh. Walaupun saya tetap bahagia bisa menggunakan fitur ini untuk menyalurkan hobi saya menulis (walaupun tulisan saya belum layak dibaca banyak orang).
Tapi ngomong-ngomong, handphone saya ini walaupun jadul dan tampilannya sudah sangat tidak pantas dibawa masuk mall ini, tetaplah handphone tercanggih yang pernah saya miliki. Saya kenal begitu banyak teman dari berbagai negara karena handphone ini. Karena handphone ini juga saya mengenal seorang teman dari China yang selalu siap mendengarkan saya saat saya butuh teman curhat, walaupun bahasa Inggrisnya lebih kacau dari saya dan kadang saat ngobrol mencampurnya dengan bahasa China yang saya sendiri tidak begitu paham. Karena hp ini saya bisa memenangkan beberapa kuis yang hadiahnya lumayan. Juga karena hp ini saya bisa ikut berpartisipasi dalam membuat video ucapan ulang tahun untuk Jason Mraz bersama orang-orang dari berbagai negara (meskipun saya hanya muncul beberapa detik di video itu). Kalau mau lihat saya di video itu, cari saja di youtube akun bernama marchelleanne *yo sopo sik pengen ndelok jugak sri*.
Handphone ini memberikan saya seorang teman yang selalu memberi saya tentang kota Taipei. Sebuah tempat yang sangat ingin saya kunjungi. Iya, di saat banyak orang menjadikan Korea, Jepang atau negara-negara Eropa sebagai cita-cita kota yang ingin dikunjungi, saya malah memasukkan Taiwan sebagai negara yang akan saya gantungkan di gantungan harapan saya setelah Arab Saudi. Sounds like I wanna be a TKW, right? Hahaahahaa...
Saya memang terlalu banyak mimpi. Padahal membeli laptop atau mengganti handphone saja belum mampu, mau bermimpi pergi ke Taipei. Tapi itulah yang saya punya, mimpi. Saya hanyalah sesosok perempuan kurus yang tidak ada istimewanya bila saya tidak punya mimpi. Punya mimpi pun, tidak ada yang menganggap saya istimewa dan tanpa kehadiran saya pun dunia tetap berputar sesuai porosnya, dan pergaulan di dunia tetap pada pusarannya. Tapi setidaknya saya sendiri menganggap saya berharga karena punya mimpi-mimpi.
Saya sempat senang saat teman-teman buruh berdemo meminta kenaikan gaji menjadi lebih dari 3 juta. Saya sudah mencatat kira-kira berapa waktu yang saya butuhkan dan berapa uang yang harus saya sisihkan untuk mengumpulkan uang sebesar harga laptop. Makanya saat banyak orang di twitter mempermasalahkan aksi demo teman-teman buruh ini, saya agak kurang suka. Karena orang-orang yang memprotes, setau saya, adalah orang yang setiap bulannya bisa mendapatkan uang 4 kali lipat dari gaji buruh saat ini. Dan saat saya dengar kabar bahwa pak Jokowi menetapkan UMR untuk DKI Jakarta sebesar kira-kira 2.4 juta, saya agak kecewa. Entahlah kabar itu benar atau tidak. Sebenarnya tidak patut untuk saya merasa kecewa bila upah minimum di Jakarta sebesar itu. Karena kata Bapak saya, kalaupun umr benar-benar naik menjadi 3.7 juta, pasti tetap saya merasa kurang. Karena sifat manusia memang tidak akan pernah merasa puas. Makanya saya coba tetap kuatkan mental mempersiapkan diri melawan rasa kecewa bila umr benar-benar seperti di atas.
Saya sendiri sebenarnya bingung inti dari apa yang saya tulis ini. Anggap saja ini adalah tulisan hasil ngomyang.
Yaudah deh gitu aja. Doakan saya semoga tetap punya tenaga dan kekuatan untuk terus bekerja dan tetap bisa menghasilkan ide walaupun (sementara) hanya berguna untuk diri saya sendiri.
Zai Jian...
(photo from tumblr)