Friday, December 6, 2013

Maafkan Saya, Pak Gita Wirjawan

Saya adalah orang yang tidak tau nama-nama orang-orang yang duduk di pemerintahan. Saya hanya tau nama presiden republik Indonesia. Selebihnya, saya hanya tau beberapa nama namun tidak tau jabatan yang mereka pegang.

Pun dengan seseorang bernama Gita Wirjawan. Saya baru tau nama Gita Wirjawan saat ada bursa pencalonan ketua umum PBSI.

Akhir tahun lalu, Gita Wirjawan bersaing dengan Icuk Sugiarto untuk memperebutkan kursi PBSI 1. Saat itulah saya baru menyadari bahwa Gita Wirjawan adalah menteri perdagangan. Seiring terpilihnya Gita sebagai ketua PBSI, semakin sering pula saya melihat wajah tampan milik beliau. Iya, Gita Wirjawan adalah salah satu pejabat di negeri ini yang memiliki penampilan mendukung. Badan tegap, wajah halus serta kharismanya memang membuat banyak orang akan terkesan padanya saat pertama kali bertemu atau melihat. Ditambah cara bicara yang elegan dan mampu memberikan semangat pada yang mendengarkan. Beliau mendapat nilai 90 untuk kesan pertama di mata saya.

Pertama kali saya bertemu Gita Wirjawan adalah saat final Indonesia Open SSP pertangahan Juni lalu. Beliau memberikan sambutan penghormatan pada legenda bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat, yang akan mengakhiri karirnya sebagai atlet pada hari itu. "Once a champion, always a champion", begitu kalimat akhir sambutan Gita Wirjawan untuk Taufik Hidayat. Saya menangis haru saat mendengar itu. Dari hati yang paling dalam, jujur, saat itu saya suka Gita Wirjawan.

Sekitar dua bulan kemudian, tepatnya di bulan Agustus 2013, 4 orang putra-putri terbaik Indonesia memberikan kado manis di hari kemerdekaan RI. Muhamad Ahsan/Hendra Setiawan serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil membawa pulang gelar juara dunia dari negeri Cina serta membuat seisi stadion berdiri hormat pada sang saka merah putih diiringi kumandang lagu Indonesia Raya.

Gita Wirjawan langsung terbang ke Cina saat tau 2 wakil Indonesia berhasil ke final kejuaraan dunia 2013. Beliau duduk bersama para atlet mendukung perjuangan pahlawan-pahlawan bulutangkis di karpet hijau.

Selesai sampai di sini? Belum. Akhir kejuaraan dunia adalah awal dari semuanya. Awal perubahan pandangan saya pada sosok kharismatik penuh wibawa, Gita Wirjawan. Ketika itu, beliau mulai sering tampil di media mendampingi para juara. Wajahnya wara-wiri di televisi mengisi berbagai acara. Semakin lama, sosok Gita Wirjawan sendiri lebih sering muncul dibanding sang juara. Ada yang salah? Tidak. Saya dan banyak penggemar bulutangkis jelas lebih ikhlas bila Gita Wirjawan yang lebih sering muncul dibanding para atlet juara tersebut. Karena semakin banyak yang mengenal atlet-atlet bulutangkis tersebut, semakin besar pula resiko mereka dicaci oleh publik saat mereka kalah. Saya akui, pikiran saya memang  agak menyusahkan. Saya ingin atlet bulutangkis Indonesia dikenal oleh masyarakat luas seperti layaknya masyarakat atlet sepakbola. Tapi di sisi lain saya juga tidak rela bila atlet tersebut banyak muncul di acara-acara tv yang kurang penting. Saya juga tetap tidak terima bila mereka diperlakukan seperti saat kejadian OG London dan Thomas-Uber 2012.

Saya akui, seluruh masyarakat Indonesia tau Indonesia mempunyai juara dunia bulutangkis baru salah satunya adalah karena peran aktif Gita Wirjawan yang gencar melakukan hubungan dengan media. Dan saya akui pula, program yang diusung PBSI di bawah Gita Wirjawan ini adalah program yang benar dan mulai menuai hasil. Tidak ada yang salah antara Gita dan organisasi bulutangkis yang dipimpinnya. Yang salah adalah ketika tiba-tiba beliau memanfaatkan moment besar seperti kemenangan di kejuaraan dunia untuk memperlancar niatnya di Pemilu 2014.

Anggaplah Gita Wirjawan adalah orang yang pandai memanfaatkan kesempatan yang ada. Semua orang yang mencalonkan diri menjadi presiden memang mencari cara agar dilihat baik oleh masyarakat. Siapa pun itu. Tapi semua cara yang masih mendapat pemakluman itu hancur ketika tiba-tiba beliau yang berkharisma ini muncul di acara musik abal-abal yang bahkan saya sebagai orang bodoh pun enggan untuk menontonnya. I mean, itu serius Gita Wirjawan yang saya kagumi selama ini? Di acara musik seperti itu? Tuhan, salah apa negara ini sehingga calon presidennya muncul di sebuah acara tidak bermutu seperti itu. Atau hanya saya yang salah baca info? Entahlah.

Semakin hari, ketidaknyamanan saya pada sosok yang selama hampir setahun saya kagumi ini mulai nyata. Terakhir adalah ketika beliau menggunakan banyak buzzer yang adalah para artis twitter atau selebtwit untuk mempopulerkan namanya di dunia twitter. Orang-orang yang tadinya sama sekali tidak pernah membicarakan atau menyebut nama Gita Wirjawan, bahkan saat beliau menunjukkan prestasinya dalam memimpin PBSI, seketika dengan serempak mengagungkan nama Gita Wirjawan setiap saat. Mereka yang biasanya mempromosikan produk susu beruang atau handphone keluaran terbaru, tiba-tiba memasukkan nama Gita Wirjawan dalam promonya. Dalam hal ini, karena saya pernah sangat mengagumi sosok Gita Wirjawan, saya merasa sedikit tidak rela melihat beliau disejajarkan dengan produk susu beruang kalengan.

Tidak ada masalah saat beliau ingin mencalonkan diri menjadi presiden. Gita Wirjawan adalah rakyat Indonesia yang punya hak untuk memimpin negara. Saya yakin beliau juga kompeten dalam hal kepemimpinan. Namun yang membuat masalah (setidaknya bagi saya) adalah cara beliau mempromosikan diri.

Promosi lewat twitter dengan dibantu buzzer yang saat mereka mempromosikan barang saja membuat gerah. Dipromosikan oleh orang-orang yang menurut saya bahkan belum lama tau siapa itu Gita Wirjawan. Malah jangan-jangan tidak tau kalo beliau adalah ketua PBSI.

Pencitraan yang digunakan sungguh membuat orang seperti saya yang tidak paham politik ini merasa tidak perlu menghabiskan waktu untuk masuk ke bilik suara di Pemilu 2014 nanti.

Sungguh wahai pak Gita Wirjawan, saya adalah orang yang sempat mengagumi Anda yang tidak "caper" di media. Bapak orang pintar, gunakan strategi yang lebih baik dan lebih nyaman dilihat mata. Jangan membuat nama Bapak jatuh jauh sebelum waktu pemilihan itu sendiri dimulai. Rakyat Indonesia bukan hanya penonton acara musik pagi abal-abal di stasiun tv swasta itu, Pak. Rakyat Indonesia juga tidak semuanya suka dengan cara promosi selebtwit di twitter yang hampir setiap twitnya adalah twit berbayar yang sangat membosankan dan memuakkan.

Pak Gita, Bapak tidak menggunakan billboard besar untuk bisa diterima langsung oleh masyarakat bulutangkis Indonesia. Bapak juga tidak membayar buzzer untuk memberitahukan bahwa Bapak hampir berhasil membawa PBSI. Saat itu Bapak menunjukkan semua prestasi dengan bukti. Indonesia berhasil memiliki juara dunia, itu salah satunya.

Sebelumnya saya sempat yakin akan memilih Bapak saat mendengar kabar Bapak akan mencalonkan diri sebagai presiden. Karena saya tau prestasi Bapak bersama PBSI. Tapi sekarang saya jadi lebih yakin untuk tidak memilih siapa pun di pemilu 2014 nanti. Tidak terkecuali Bapak Gita yang pernah saya idolakan. Saya memilih masuk dalam Golongan Putih.

Pak Gita, kalau Bapak sampai terpilih menjadi presiden nanti, tolong hentikan segala aktivitas norak yang pernah Bapak lakukan. Kalau Bapak tidak terpilih, kembalilah menjadi Gita Wirjawan seperti sebelumnya, Pak. Gita Wirjawan yang berkharisma dan berwibawa. Gita Wirjawan yang kata-katanya membuat saya menangis terharu. Gita Wirjawan yang walaupun tidak mengerti seluk-beluk bulutangkis, namun mampu membuktikannya dengan prestasi.

Jadi pak Gita, maaf, untuk sekarang, saya tidak lagi mengidolakan Anda. Saya kehilangan kenyamanan dengan banyak hal yang Bapak lakukan.

Tapi terimakasih, Pak. Karena Bapak sudah membuat saya yakin dari hati untuk tidak menghabiskan waktu di bilik suara tahun depan.


No comments:

Post a Comment