Sunday, December 16, 2012

Aduh, Dek :")

     Sabtu, 15 Desember 2012.

     Jam 11 siang aku keluar dari kastil berpagar emas dan melangkah ke jalan raya. Sebuah alphard berwarna biru bernomor 61 menepi dan aku pun masuk. Di pertelon *halah* aku turun dan naik kendaraan yang lebih besar. Sebuah limousin berwarna orange kebuluk-bulukan dengan angka 75 di kaca depan berjalan membawaku ke sebuah tempat elite nan mewah di kawasan Jakarta Selatan, Blok M.

     Setelah mengalami kesulitan mencari pintu keluar Blok M Square dan diperiksa sekuriti bioskop, akhirnya aku berhasil keluar dan menepi di pinggir jalan untuk menunggu seseorang, yang waktunya terbuat dari getah pohon karet, selama kurang lebih satu jam. Perjalanan sesungguhnya pun dimulai. Dan inilah, persembahan dari hati, kisah dua orang putri dari negeri Narnia yang sedang mencari cinta.

                   *       *        *

     Pukul setengah dua kira-kira, Pipit membawaku ke sebuah tempat di daerah Senayan, tepat di samping hotel paling mulia se-Jakarta, Gor Asia-Afrika. Cuaca panas beud, suasana di Gor terpantau ramai lancar dan takdir yang tak bisa dipungkiri adalah saya tetap cantik dan anggun bak Dewi Kamaratih.

     Di tangga depan pintu masuk, kami disambut oleh cici Shendy Puspa Irawati, pasangan duet koko Fran Kurniawan Teng, serta dua orang hulubalang shirtless yang diduga adalah Kenas Adi Haryanto dan Seiko Wahyu Kusdianto. Entah mengapa mereka harus duduk di kanan-kiri pintu sambil bertelanjang dada. Tapi kami yang kuat iman ini tetap stekul, padahal sih dalem hati udah histeris dan pengen nemplok :O

Kemudian kami masuk ke dalam melewati hulubalang. Menurut pengalaman sebagai suporter kawakan dan berpengalaman, biasanya para punggawa PB Djarum, klub yang berhasil mencetak betis-betis segar nan rupawan, berkumpul di tempat duduk penonton tidak jauh dari pintu masuk. Dan benar, beberapa orang dengan merk Djarum *padakke rokok* duduk bergerombol. Pertama terpantau medical acupunturist Djarum atau lebih enaknya tukang urut *dibandem Takuya Horikawa* sedang duduk di antara -dua sujud- remaja putri yang juga ber-merk Djarum. Kami berhenti di belakangnya. Bersandar ke tembok sambil mata yang dibantu kaca cembung ini terus bergerilya. Kami geser beberapa langkah, berjalan sambil terus ngomyang sampai ketika seseorang menghadapkan mukanya ke arah keributan yang kami buat. Dialah Kevin Ersa yang duduk di samping papanya. Dia pasti nengok sambil mikir,"yaelah, dia lagi, dia lagi." Oke, Kevin, oke :|

  Kami tetap berdiri tidak jauh dari Kevin Ersa sambil memilih lapangan yang akan ditonton. Tidak berapa lama, tampak seorang remaja kurus tinggi yang betisnya hampir mantap sedang pemanasan. Aku pun panas liat dia *adus es nutrisari*.

      Dan lewatlah itu si Mr. Smile, Kevin Ersa. Jantung udah pengen lompat keluar pas Kevin lewat sambil nengok dan pasang muka senyum. Aku yakin dia apal banget sama kami karena sebelumnya kami pernah menimbulkan keributan pas duduk nonton di belakangnya dan kroninya yang seger-seger itu. Yang bikin muka abang ireng adalah pas lagi cengar-cengir ngeliatin senyum Kevin, si Yantoni yang badannya semok bin monton itu ternyata ngeliatin. Duh, cubit juga nih :*

     Sebagai suporter berdedikasi, kami duduk di depan lapangan 3, tempat Kevin/Yantoni bertanding. Sialnya kami duduk di antara gerombolan pendukung lawan.

     Seperti biasa, wanita-wanita cantik aduhai ini tidak terlalu fokus pada pertandingan. Mata kiri ke lapangan, mata kanan bergerilya. Sebagai bocahe jenderal Sudirman aku merasa berhasil. Yang bikin nggak fokus adalah badan semok Kevin dan Yantoni yang kata Pipit pas buat dipeluk. Aku fokus di bagian bawah punggung o_O.

     Pertandingan selesai, kami pindah ke depan lapangan 1 tempat Vita/Nadia vs Pia/Rizky bertanding. Ini semacam pertandingan internasional. Vita Marissa, coy. Tante yang tenaganya super penggemarnya buanyaaak banjeettt.

     Di sela-sela pertandingan, muncul seorang anak berkaos putih, bermata sipit dengan kacamata yang bikin kami jejeritan, gegulingan, kayang, split, dan nari jaipong tapi untung cuma dalem hati. Dialah Kevin Sanjaya Sukamulyo dengan wajah orientalnya. Bulutangkislah yang mengajarkan bahwa orang-orang Cinak dan keturunannya itu ternyata keceh mareceh juga.

     Mata kembali berkarya. Di pojokan tampak beberapa orang. Eh itu Yantoni, eh itu Kevin Ersa, eeeeeehhh itu Abu Bakar, eyaolooohhh itu...itu...itu.... *pingsan*

     Seseorang berkolor biru dan berkaps hitam lagi bagi-bagi duit mau jajan. Obamaaaaaa <3

     Aktor yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Cuma liat aja beta yang gugupan ini gemetar. Ngana tidak usah membayangkan, pegang hp saja beta tidak sanggup. Untung sekarang ambil air so dekat. Tubuh beta yang seksi semlohai ini luluh lantak hancur lebur seperti butiran debu. Dear Obama, aku kangen :*

      *Damn, dibikin gemeter sama anak kecil, Damn*

     Kemudian mereka pergi dan muncul lagi di balkon seberang lapangan sambil masing-masing membawa es durian *hiyeeekk*. Anak kecil memang suka jajan ya. Walaupun predikatnya juara dunia junior, badan gede kayak umur 25, tetep aja jajan dengan uang iuran. Jiwa anak-anak mereka itu yang bikin gemes. Aaakkk cini cini pangku mbak cini :">

     Pertandingan selesai lagi. Vita/Nadia menang. Dilanjut dengan pembagian hadiah secara simbolis dan sambutan sepatah dua patah kata dari pihak penyelenggara. Dilanjut dengan partai simpanan, duel ganda dewasa putra PB Djarum, Rendra Wijaya/Rian Sukmawan vs Kenas Adi Haryanto/Seiko Wahyu Kusdianto. Ini adalah pertandingan paling random yang pernah ada. Udah atletnya tuker-tukeran sepatu, masing-masing dapet kartu kuning, juga Rendra/Rian yang teriak "Woshaaahh" minta difoto sambil ngeledek refree. Dan bapak-bapak berkaos Djarum di belakangku heboh ketawa sendiri. Edi dan Yantoni duduk nggak jauh dari kami. Tapi sial selanjutnya adalah tempat kosong di sampingku yang dipersiapkan untuk diduduki Edi atau Yantoni atau minimal Jeka gitu malah diduduki seorang atlet yang kalo chat di fb kerjaannya #surhat mulu itu :/

     Dan rangkaian acara pun selesai. Kenas dan Seiko menjadi target operasi kami. Kami pun ucluk-ucluk keluar melewati Kevin Ersa yang duduk dengan mamanya. Hae tante *sungkem* :)) Kami menuruni tangga bak mempelai putri karena merasa diliatin sambil senyum oleh Kevin. Di depan tangga ada Ihsan. Pas lagi sibuk fotoin candid si Ihsan, dua sosok berkeringat tanpa baju muncul di depan idung. Kenas dengan otot-ototnya yang halus dan betis kuat yang bersertifikat SNI ditambah dengan Seiko yang dengan bulu-bulu lebat yang tumbuh di mana-mana mulai dari ketiak, kaki, tangan dan perut. Dan kesemuanya dibalut dengan keringat yang meleleh sepanjang badan. Maka terjadilah obrolan dua orang wanita yang kalo nonton film kategorinya bukan remaja atau BO lagi yang kalo diceritain di sini maka aku akan digetok lembaga sensor Indonesia. Preek, blog-ku koyo stensil :|

     Setelah itu ternyata ada pembagian hadiah lagi, kami masuk lagi, diliatin Kevin Ersa lagi. Kemudian berdiri nyender di-pundak Kevin- tembok belakang Kevin. Muncullah manusia manis bernama Arya Aldiartama. Abis ngambil hadiah, Arya lewat di depan kami tapi nggak berapa lama dia balik lagi. Kami siaga. Arya aku cegat diminta foto bareng. Kampretnya pas gantian fotoin Pipit tanganku tiba-tiba gemeter kena parkinson. Ah prek, dibikin gemeter sama anak kecil lagi.

     Edi tidak juga beranjak dari singgasananya. Kami putus asa dan niat keluar. Tapi tiba-tiba Kenas dengan betisnya lewat sambil bilang "misi" dan senyum. Akkkk ikut pulang yuk, Kenas :*

     Kesimpulannya adalah PB Djarum bukan hanya mencetak atlet hebat, tapi juga atlet yang sopan dan betis yang bikin ngiler. Udah dulu deh ya daripada pikirannya makin kotor. Daahhh neeekkkk...

  




No comments:

Post a Comment