Thursday, March 7, 2013

When Money Talks

     Gelaran Yonex All England Open Championship 2013 sudah berlangsung sejak Selasa, 5 Maret lalu. Banyak kejutan tersaji di turnamen bulutangkis tertua di dunia yang diadakan di Birmingham, Inggris ini.

     Sejak hari pertama, terjadi banyak kejutan dimana banyak pemain yang diunggulkan bertumbangan. Sebut saja Super Rajiv, alias Rajiv Ouseph. Atlet andalan tuan rumah yang harus berjuang dari babak kualifikasi harus gugur di final kualifikasi di tangan pemain India, Sourabh Varma.

     Hari kedua, babak pertama, kejutan kembali tersaji. Siapa sangka sang alien juara olimpiade London 2012 yang juga juara bertahan All England 2012 harus packing lebih cepat karena di babak pertama dikalahkan oleh Bae Yeon Ju asal Korea. Selanjutnya giliran atlet Indonesia, Lindaweni Fanetri yang menjadi giang killer dengan mengalahkan atlet berperingkat tiga, Wang Yihan, dua set langsung. Ko Sung Hyun/Lee Yong Dae serta Du Pengyu juga menjadi korban selanjutnya dengan takluk di tangan atlet unseeded (bahkan yang ngalahin KSH/LYD malah saya nggak apal namanya). Du Pengyu sendiri dikalahkan Chou Tien Chen, atlet Taipei yang beberapa waktu lalu menjadi pahlawan bagi PB Musica Champion saat Superliga.

     Di hari kedua, kejutan kembali tersaji. Unggulan pertama ganda putra, Mathias Boe/Carsten Mogensen, harus kandas di tangan ganda muda China. Juga unggulan tiga ganda campuran asal Malaysia yang harus mengakui keunggulan Fran/Shendy.

     Atlet-atlet Indonesia bisa dibilang bermain lebih baik dari tahun lalu. Tommy Sugiarto mampu "membalas dendam" pada Gao Huan yang tahun lalu mengalahkannya di babak pertama, dan kali ini, lagi-lagi, the reliable one harus menjadi andalan Indonesia di sektor tunggal putra setelah SDK mengundurkan diri karena cedera saat melawan Jan Ostegaard Jorgensen di babak kedua.

     Total ada 8 wakil Indonesia di babak quarter final. Dan sebagai negara dengan spesialisasi ganda campuran, Indonesia menempatkan 4 wakil ganda campuran.

     Apa yang terjadi dengan atlet Indonesia memang apa yang kita harapkan. Perjalanan mulus atlet Indonesia di All England kali ini merupakan pembuktian bahwa Indonesia sudah memulai lagi. Rexy Mainaki vs Li Yong Bo, I said.

     Perjalanan masih panjang, namun hasil yang didapat hingga babak perempat final ini adalah bukti dari semuanya. Kali ini kita semua harus percaya saat uang berbicara.

     Saya yakin semangat atlet Indonesia ini adalah salah satu efek dari sponsor individu untuk para atlet yang nilainya ratusan juta bahkan ada yang mencapai milyaran. Atlet lebih termotivasi untuk mengukir prestasi lebih tinggi lagi di kancah internasional.

     Jangan diartikan bahwa atlet bulutangkis Indonesia mata duitan atau semacamnya. Para atlet yang berjuang membawa nama bangsa akan lebih fokus dan tenang. Tidak ada kekhawatiran akan masa depan karena mereka menghabiskan masa muda untuk membela negara dan melupakan pendidikan mereka. Memang ada beberapa atlet yang juga sukses dalam bidang pendidikan seperti kakak beradik, Bona Septano dan Pia Zebadiah. Namun tidak sedikit pula mereka yang terpaksa harus mengabaikan pendidikan demi menjadi atlet.

     Dalam hal ini, langkah baik Gita Wirjawan untuk membuat sponsor individu untuk para atlet serta tidak menggunakan dana negara untuk anggaran PBSI seharusnya ditiru cabang olahraga lain terutama sepakbola, yang masih sering menunggak pembayaran gaji pemain.

     Mungkin, bila atlet sepakbola dimakmurkan, maka prestasi sepakbola Indonesia pun akan naik dengan sendirinya. Trust me, it works to badminton.

     Semoga dengan kemenangan di babak awal ini, merupakan signal positif bagi perkembangan bulutangkis Indonesia. Semoga Indonesia bisa mengukir prestasi di All England tahun ini. Mari kita doakan bersama...

    
    

    




No comments:

Post a Comment