Saturday, January 26, 2013

Semua Berawal Dari Mimpi

     Pagi di akhir pekan adalah saat yang tepat untuk? Yak betul, tidur.

     Seharusnya dengan cuaca yang adem-adem seger semriwing gini, cucok banget untuk olahraga atau sekedar cuci mata di lapangan komplek departemen pertanian. Tapi dikarenakan dompet yang bersuara memelas, maka jadilah saya anteng di atas tempat tidur.

     Apa hubungannya olahraga sama dompet? Jelas ada. Lapangan tempat saya olahraga adalah tempat berkumpulnya pedagang makanan mulai dari yang sehat sampai dengan yang mengandung pengawet dan pewarna juga banyak. Bukan anti sama makanan berpengawet, saya cuma ngeri jadi awet jomblo aja gitu *krik.

     Pagi ini saya mau cerita tentang harapan *macak Mario Teguh*. Tumben-tumbenan ye nggak saya punya tema lain selain bulutangkis. Ya ini sih masih ada hubungannya sama olahraga yang satu itu sih.

     Jadi ginik, saya adalah seorang karyawan di sebuah Oil and Gas Company yang kata orang sih kalo ngasih gaji ke orang pasti gede. Tapi itu cuma kata orang. Nyatanya, rekening saya paling gede ditransfer gaji adalah 30juta lebih. Tenang dulu, bukan, itu bukan gaji saya. Kalo gaji saya segitu mungkin saya sekarang udah banyak beli kebon di kampung. Duit segitu tadi adalah hasil salah transfer yang imbasnya adalah mundurnya Head of HR sebulan kemudian.

     Sebagai orang yang gajinya tidak seberapa, saya masih tetap punya mimpi dan tidak jarang mimpi saya (yang kebanyakan harus pake modal hepeng) terwujud tanpa disadari.

     Salah satu mimpi saya tahun lalu adalah bisa backpacking ke Jogja. Udah lamaaaaa banget saya pengen jalan-jalan ke Jogja. Sebelumnya sih udah pernah ke sana, tapi cuma buat transit dan itupun cuma muter-muter Malioboro sama ke pabrik bakpia. Turis banget sih? Iya memang. Itu adalah standar orang pergi ke Jogja.

     Saya dan teman-teman merencanakan ke Jogja sejak pertengahan tahun. Jadwal keberangkatan pada bulan November. Jadi masih ada waktu sekitar 4 atau 5 bulan untuk ngumpulin dana. Dalam tenggang waktu sekian bulan, kami yakin bisa mengumpulkan dana untuk tinggal beberapa hari di Jogja.

     Sebulan pertama, uang yang terkumpul lumayan mendingan. Tapi puncak kebangkrutan saya terjadi saat libur lebaran. Perkiraan saya adalah saya bisa menyisihkan uang THR saya yang tidak seberapa itu untuk tambahan ongkos tadi. Tapi ternyata pasak lebih sering terlalu besar untuk ukuran tiang. Selesai libur lebaran saya malah nombok. Dan putus asalah saya karena jadwal ke Jogja tinggal menghitung waktu.

     Nah kebetulan, pada Juni 2012, digelar turnamen tahunan Indonesia Open SSP. Waktu itu saya datang bareng Pipit (yaemang pasti bareng Pipit sih). Waktu itu kami membeli tiket untuk VIP. Jangan berpikir kami banyak duit mampu beli tiket VIP. Tapi kami memilih datang ke Istora di hari ketiga atau babak kedua yang di mana harga tiket masih sangat mureee. Harga tiket VIP masih dibandrol 50rb. Bandingkan dengan harga tiket final Sea Games 2011 yang harga gocap duduknya di kelas 2 di atas puncak gunung Jayawijaya.

     Dengan tiket 50rb dan bisa merasakan kursi VIP, yang ternyata sama aja jenis kursinya dan nggak boleh bawa makanan even minuman pulak *maklum mental ibuk-ibuk bawaanya pengen bawa bekel aje dikata mau piknik*. Tapi kelebihan yang paling jelas adalah menyoal pandangan mata. Duduk VIP adalah surga bagi mata. Jarak lapangan dan kursi penonton yang hanya selemparan kutang memungkinkan kami untuk histeris saat melihat jagoan-jagoan dunia tepok bulu beraksi, melupakan harga diri bangsa yang akan jatuh bila dunia internasional mengabadikan hal ini.

     Tapi menonton dalam jarak yang begitu dekat dan memungkinkan kami untuk mengira-ngira berapa telapak tangan yang dapat digunakan untuk mengukur pantat Lee Yong Dae, membuat kami ketagihan. Dan sepulangnya dari nonton hajatan bulutangkis terbesar di Indonesia yang dinobatkan sebagai yang TERBAIK di tahun 2012 oleh bwf ini, saya bertekad untuk bisa nonton lagi di perhelatan selanjutnya. Dan tidak cuma satu hari seperti tahun 2012. Maklum, saya dan Pipit biasanya cuma nonton turnamen gratisan di Gor Asia-Afrika yang kalo nonton tumplek blek sama atletnya.

     Mulailah saya menabung. Jadi, tabungan saya ada dua sekarang. Tabungan untuk ke Jogja dan tabungan untuk ke Istora.

     Beberapa hari sebelum tanggal keberangkatan, masalah muncul. Tabungan saya untuk ke Jogja hanya cukup untuk ongkos PP. Terus mau makan apa di sana? Mangan watuuuu...

     Tapi saya percaya, kalau kita punya suatu keinginan, Tuhan pasti akan mendengarkan. Tuhan punya banyak cara untuk mengabulkan mimpi saya. Dan, jreeeng, saya buka itu dompet tempat penyimpanan tabungan untuk beli tiket Indonesia Open 2013, dan alhamdulillah wa syukurillah, ternyata jumlahnya sudah cukup untuk beli tiket VIP di final dan semifinal. Maka dengan agak berat hati, saya ambil uang itu dan sisain ceban untuk pancingan.

     Dan berangkatlah kami ke Jogja...

     Bersyukur tiada henti karena kami dianugerahi teman-teman yang baik hati yang mampu mencarikan kami tempat menginap secara gratis. God Bless You All...

     Dan tadi pagi, saya baca twit dari teman saya Hayu di @hayutata tentang harapannya untuk datang ke konser Sigur Ros, Mei mendatang. Salah satu mimpi yang semoga saja terkabul.

     Saya bahagia mempunyai teman-teman yang memiliki banyak mimpi. Selain Hayu, tentu saya tidak akan pernah melupakan teman penuh mimpi saya, Windy. Mungkin gaji yang dia dapat tidak jauh beda dengan saya. Tapi apalah yang bisa dilakukan gaji kecil bila kita punya mimpi yang jauh lebih besar. Tahun lalu, Windy berhasil menghadiri konser artis kesayangannya yang tergabung dalam menejemen SMTown. Konser artis-artis Korea yang menjadi konser terbesar selama tahun 2012 itu bisa dia hadiri.

     Dan tahun ini, harapan-harapannya bisa saya baca tiap pagi di linimasa. Hampir sama seperti apa yang saya lakukan sejak akhir tahun kemarin, Windy menuliskan harapannya sambil menghitung mundur hari yang entah apa itu. Hampir sama, namun saya menulis kalimat sapaan selamat pagi pada Shintaro Ikeda setiap harinya. Shintaro Ikeda hanya perwakilan dari banyak atlet yang ini saya temui tahun ini. Maksud dari twit saya tiap pagi itu adalah agar saya bisa menonton Indonesia Open SSP 2013.

     Dan itu hanyalah satu dari banyak mimpi saya tahun ini. Semoga semua harapan yang terbang ke langit diterima oleh Tuhan dan dikabulkan oleh-Nya. Amin.

     Jadi tetaplah bermimpi, tetaplah berharap. Barengi dengan usaha dan doa serta kepercayaan bahwa semua mimpi kita akan dihijabah oleh-Nya.


No comments:

Post a Comment