Sunday, May 19, 2013

Ketidakmengertian

Hari ini saya mau nulis tentang hasil "meeting" saya dengan kak Fitria kemarin malem. Kemaren saya dan Fitria pergi ke Gor Asia - Afrika untuk "ibadah" di Sirnas Jakarta Open. Lumayan kami dapet obat mata yang lumayan menyegarkan. Fitria jatuh cinta sama dedek Abu Bakar, dan saya gemes banget sama Yantoni yang semok itu *ciwel pahanya*.

Malemnya, setelah acara habis, kami yang males banget pulang dan masih nggak ikhlas sama harga french fries + sosis yang bisa buat beli tiket kelas 2 Indonesia Open, akhirnya memutuskan untuk menghabiskan malam di seputaran Blok M (tapi beneran itu harga sosis bisa buat DP-in rumah).

Sebagai orang yang nggak pernah punya pilihan lain untuk nongkrong selain Blok M, maka kami memilih 7-11 untuk sekedar ngobrol *macak anak gaul sepel*.

Setelah dapet tempat duduk di pojokan yang adem dan sepi, kami memulai rapat. Diawali dengan obrolan ringan tentang saya yang bulan depan akan go internesyenel, kantor baru Fitria, dan akhirnya kami tiba pada topik utama "rapat" malam itu. Yak, jodo --"

Jadi gini, kita semua sering melihat atau membaca keluhan pria-pria di twitter, facebook, dan media sosial lainnya tentang ketidakmengertian mereka pada perempuan. Ketidakmengertian mereka itu pada intinya mengatakan bahwa perempuan (atau dalam hal curhatan mereka adalah pacarnya) adalah makhluk yang sangat manja dan ribet. Contoh keluhan yang biasa di-twit-kan adalah seperti :

1. "Aku gendut nggak? | nggak | ah bohong kamu, gendut kan? | iya | iihhh jahat ngatain aku gendut | *bunuh diri*"

2. "Turunin aku di sini | jangan gitu dong | pokoknya turunin aku di sini | yaudah turun | oohhh jadi kamu tega nurunin aku di sini? | *ngemil baygon*"

3. "Mau makan di mana, sayang? | terserah | yaudah makan pizza aja ya? | kamu mau bikin aku gendut? | ....

... dan masih banyak contoh keluhan pria-pria di sosial media yang menggambarkan betapa menderitanya mereka bersama pacarnya yang ribet, manja, dan dandannya lama.

Mungkin kalau saya melihat langsung perempuan yang seperti conton di atas tadi, pasti saya udah pengen masukin perempuan itu ke kaleng sarden bareng ikan tuna dari Islandia. Dan saya (juga Fitria tentunya) tidak ingin menjadi salaj satu dari populasi perempuan seperti itu.

Tapi pada kenyataannya adalah jenis makhluk susah dimengerti itulah yang disukai laki-laki. Jarang sekali ada pria yang memilih perempuan yang bisa angkat galon sendiri dari warung dan mengangkatnya ke atas dispenser, juga wanita yang mau ngangkat tangga sendiri untuk memasang lampu yang mati, atau perempuan dandan dengan make up seadanya. Sangat jarang sekali, mungkin hanya ada dalam skala perbandingan 57 : 1. Jadi haruskah kami makhluk penganut paham angkat galon sendiri menunggu 1 dari 57 orang tersebut? Apakah mereka takut kalah superior? Atau apa? Entahlah.

Dalam masalah seperti ini, tentunya ini adalah bagian dari curhatan kami kaum yang kerjaannya hanya bisa mengagumi tanpa bisa mendapatkan. Kalau kata orang Jawa, "isa nyawang ra isa nyanding".

Kadang saya melihat perempuan yang -maaf- kualitas wajahnya juga rata-rata air bisa menggandeng pria yang seperti Dirly Idol, kemudian ganti lagi dengan yang seperti Sutha AFI, bulan depan pindah lagi dengan yang mirip Colton Dixon. Sungguh ini adil atau tidak saya kurang tau.

Kembali pada pria yang tidak mengerti wanita tadi. Menurut saya prek moment adalah ketika laki-laki berkata tidak mengerti wanita seperti yang tersebut di atas tapi masih juga dipacari. "Namanya juga cinta", jelas itu alasan yang paling sering dikeluarkan. Bisa diterima bila alasannya adalah cinta. Tapi kalau cinta kenapa harus mengeluh. Kalau memang cinta dan mau menerima, ya sudah terima, jangan mengeluh dengan keribetan dan kemanjaan pacarnya. Itu hanya akan membuat kaum single and ready to mingle seperti kami bertanya-tanya.

Tapi biarlah semua itu menjadi misteri sampai ada pria yang mau menjadikan wanita yang hobi ngangkat galon dan masang lampu sendiri menjadi bagian dari dirinya.

No comments:

Post a Comment