Semalam, skuad Indonesia untuk piala Sudirman diumumkan oleh PBSI. Sebanyak 19 pemain pelatnas tercatat akan memperkuat pasukan Indonesia dalam ajang beregu campuran antar negara di dunia tersebut. Nama-nama pemain muda masuk dalam deretan pemain tunggal maupun ganda.
Tommy Sugiarto, Hayom Rumbaka, Lindaweni Fanetri, Aprilia Yuswandari, dan Bellaetrix Manuputy mengisi slot untuk tunggal putra dan putri. Tontowi Ahmad, Muhamad Rijal, Fran Kurniawan Teng, Liliyana Natsir serta Debby Susanto adalah para pemain utama untuk ganda campuran. Hendra Setiawan, Mohamad Ahsan, Angga Pratama, Ryan Agung, Nitya Krishinda, Meiliana Jauhari, Greysia Polii, Gebby Ristiyani Imawan, dan Tiara Rosalia akan memperkuat sektor ganda putra dan putri.
Kenapa tidak ada nama Rizky Amelia dan Pia Zebadiah? Mengapa tidak ada Adrianti Firdasari? Simon Santoso? Sony Dwi Kuncoro? Itu adalah pertanyaan yang paling banyak dilontarkan oleh banyak pecinta bulutangkis di Indonesia.
Pada awalnya, saya pun agak sedikit heran dengan tidak adanya pemain-pemain dengan peringkat tinggi seperti Sony DK dan Pia/Rizky. Tapi akhirnya, kita semua harus menerima keputusan PBSI yang lebih memiliki wewenang dan berkompeten dalam hal ini.
SDK serta Firdasari adalah pemain berpengalaman dan biasa diandalkan di turnamen beregu selama ini. Tapi cedera yang mereka alami mengakibatkan dua atlet senior andalan Indonesia ini harus absen dalam pesta bulutangkis dunia ini. Selain mereka berdua, Anneke Feinya Agustin juga harus absen karena dibekap cedera. Simon Santoso? Kita semua tahu, Simon yang tahun lalu berhasil menjadi juara di Indonesia Open Super Series Premier, sedang tidak dalam performa terbaiknya setelah absen beberapa bulan karena terkena penyakit gondok saat mengikuti tur Eropa akhir tahun lalu. Turnamen sekelas Sudirman Cup adalah turnamen bergengsi yang tidak hanya membutuhkan pengalaman dan mental atlet untuk bertanding, tapi juga kesiapan fisik. Tidak mungkin PBSI gegabah memasukkan nama Sony Dwi Kuncoro meskipun dia adalah tunggal putra dengan ranking tertinggi di Indonesia, karena keadaannya yang masih dibekap cedera. Pun dengan Simon Santoso yang dari 3 turnamen terakhir yang diikuti, belum berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya.
Lalu bagaimana dengan Pia Zebadiah dan Rizky Amelia yang notabene adalah ganda putri dengan peringkat tertinggi? Yah, banyak orang yang menyayangkan tidak dipanggilnya Pia/Rizky untuk mengisi skuad piala Sudirman. Tapi itulah konsekuensi atas pilihan yang mereka pilih. Pilihan untuk tetap berada di luar pelatnas PBSI.
PBSI punya peraturan dan wewenang dalam hal ini. Dan hanya yang terpilih lah yang bisa berada di dalam sana. Pia/Rizky adalah yang terpilih, tapi mereka memilih untuk tidak mengambil pilihan menjadi yang terpilih. Itu konsekuensi yang harus diambil.
Sebagai pecinta bulutangkis, ada baiknya kita mulai belajar untuk menjadi orang yang berbesar hati dan tetap mendukung apa pun keputusan yang dikeluarkan oleh PBSI.
Semua orang boleh berpendapat, semua boleh punya kritik dan ketidakpuasan, tapi jangan menjadi seolah-olah lebih pintar dari pembuat keputusan. Karena nyatanya kita, sebagai pecinta bulutangkis, memang tidak lebih tahu dari PBSI.
Saya sempat heran saat tadi pagi saya iseng membaca tab mention di twitter milik salah satu staf PBSI, Bambang Rudyanto. Banyak sekali anak-anak *yang menurut dugaan saya adalah anak-anak yang masih di bawah umur* protes tentang skuad Indonesia ini. Banyak yang kemudian malah terlihat sok tahu dan seperti merasa lebih kompeten dalam hal pemilihan pemain. Padahal pihak PBSI-lah yang lebih tahu keadaan fisik dan mental pemain.
Jadi, kenapa kita tidak mencoba bersikap lebih bijaksana. Sebagai pecinta bulutangkis, tugas kita adalah tetap mendukung apa pun keputusan yang diambil. Mendukung dan mendoakan, itulah sikap bijak yang harus kita ambil.
Sekarang mari kita sama-sama berdoa untuk kesuksesan tim bulutangkis Indonesia di Sudirman Cup. Sudah saatnya piala yang dibuat di Indonesia itu kembali pulang ke Indonesia. Amin.
No comments:
Post a Comment