Tuesday, February 19, 2013

All England, We Are Ready To Rock!!!

     Draw turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England 2013 yang akan digelar awal Maret sudah dikeluarkan sore ini oleh BWF. Wakil Indonesia pun berada dalam 5 partai turnamen dengan gengsi tinggi dan level tertinggi di BWF ini.

     Tadi, ketika saya tau dari beberapa akun bulutangkis di twitter tentang keluarnya draw ini, saya langsung menuju ke laman bwfbadminton.org dan men-download di link yang telah disediakan. Dan yang terjadi pertama kali adalah saya mual aja gitu pas liat draw untuk Men Single. Memang tidak ada nama manusia setengah dewa dari Cinak, the god of badminton, Lin Dan gege. Ini si koko Lin Dan kayaknya udah bosen jadi juara sih makanya cuti kelamaan. Ibarat kata orang cuti hamil aja cuma 3 bulan, lha ini dese abis dapet emas olimpik langsung ngilang gitu aja. Terakhir dia main akhir Desember lalu di Copenhagen Master, yang notabene adalah turnamen tahunan milik Denmark yang pesertanya hanya diikuti oleh mereka yang diundang. Dan itu si koko ikut juga karena mungkin cuma menghormati si tua-tua keladi, Peter Hoeg Gade, yang menjadikan Copenhagen Master sebagai turnamen penutup bagi karirnya. Dan fyi, Lin Dan kalah di turnamen itu dalam permainan tiga game. Mungkin kalau nggak karena Peter Gade, dia juga ogah kali diundang.

     Dan karena si koko cuti kelamaan dan nggak kira-kira ini, maka di beberapa turnamen terakhir, podium juara hampir selalu dikuasai oleh anak emasnya negara tetangga, Datok Lee Chong Wei. Denger hosip-hosip di sekitar sih katanya Lin Dan lagi program bikin anak, ya kan tau sendiri, dia dan Xie Xingfang udah nikah dari kapan tau (walaupun baru dirayain kemarenan) dan belum mblendung juga Xingfang-nya. Sedangkan Datok sama WMC yang baru nikah belum lama malah udah mau nujuh bulan kali tuh.

     Dengan tidak adanya Lin Dan, persaingan di tunggal putra memang agak berkurang, seenggaknya kita nggak harus menebak langsung ke partai final kayak di OG kemaren. Masih ada nama-nama yang seharusnya bisa diwaspadai, even oleh Datok sekalipun. Salah satunya tentunya adalah tunggal putra andalan Indonesia, Sony Dwi Kuncoro, yang bertengger menjadi unggulan keempat. Yah walaupun kemarin di Malaysia SS YANG KITA JUARA MEN'S DOUBLE NGALAHIN LEE YONG DAE/KSH itu (sumpah ini harus pake huruf gede biar pelatih Malaysia yang onoh bisa bacaj), Sony dipukul dua game langsung di partai final sama Datok, tapi siapa yang bisa nebak dan semua tetap bisa terjadi. Dan kemungkinan ketemu Datok juga di babak final sih kayaknya. Sebagai bangsa visioner kita harus berfikir jauh ke depan, jadi harus optimis SDK bisa menaklukkan Chen Jin dan Chen Long yang memang berada satu pool dengan Sony.

     Pindah ke WS sih makin mual aja yak. Lindaweni yang merupakan tunggal putri berperingkat terbaik di Indonesia harus langsung ketemu Wang Yihan. Iyak, Wang Yihan yang alien itu *muntah*. Sedangkan Aprilia Yuswandari harus melawan tunggal putri terbaik milik Jerman, Juliane Schenk dan Adrianti Firdasari akan menghadapi tunggal putri Thailand, Nichaon Jindhapon. Sedangkan Bellaetrix Manuputty harus melewati babak kualifikasi karena rankingnya memang jauh di atas 40. Napas aja dulu kalau untuk sektor putri mah yak. Tapi sekali lagi, apa yang tidak mungkin di dunia ini ye nggak? *kirim teluh ke Yihan* <<--- ngeri banget fans badminton begini.

     Untuk sektor MD, andalan Indonesia lagi-lagi adalah Hendra/Ahsan yang meskipun rankingnya masih di luar 30 besar tapi menghuni unggulan ke-8, dan harus langsung bertemu pasangan Cina, Chai Biao/Zhang Nan. Kemaren di Malaysia pasangan Cinak ini kalah dari Hendra/Ahsan kan ya? Ya bisa lah ya. Meskipun begitu, kemungkinan besar Markis/Kido/Alvent Yulianto C yang bisa melaju lebih jauh lagi, karena se-optimis-optimisnya kita, kalau Ricky/Ulin harus langsung ketemu Boe/Carsten kan gimana gitu yak? *nangis*

     Di sektor WD, ya mari kita berdoa saja lah ya. Kalau nanti Pia/Rizky harus ketemu Ayaka/Misaki lagi, semoga bisa bales dendam gitu. Dan semoga ada kejutan lagi dari cici kita tercinta, Vita Marisaa, juga dari Greysia Polii/Anggia-yang-pacarnya-Edi-itu. Btw, saya muntah bentar ya, liat Wang Xiaoli/Yu Yang sama Ma Jin/Tang Jinghua kok mual lagi.

     Nah, sebagai unggulan kedua, juara bertahan tahun lalu, Owy/Butet dapet draw yang paling surga nih. Kemungkinan besar, Owy/Butet baru akan menemui kesulitan di semifinal melawan Joachim Ficher/Christina Pedersen. Ya itu sih ramalan aja ya. Siapa tau tiba-tiba Kido/Pia bisa melaju, terus lagi-lagi cici Vita Marissa bisa mengejutkan kayak di Malaysia SS kemaren.

     Jadi dari sekarang, bukannya mau doa jelek, itu pasukannya Paduka Li Yong Bo kalau mau pada retired berjamaah lagi boleh lho *cengir*.

     Sekarang, mari kita semua bangsa Indonesia yang bahagia dan gemah ripah loh jinawi, mulai mendoakan pahlawan-pahlawan kita yang akan berjuang nanti di Birmingham. Semoga Owy/Butet bisa mempertahankan gelar, dan ada gelar dari sektor yang lain.

Bismillah....

    

Monday, February 18, 2013

Indonesia Muda Panen di Iran

     Gelaran kompetisi Iran Fajr International selesai juga. Kompetisi yang digelar di Tehran, Iran, ini berlangsung sejak tanggal 14 hingga 17 Februari 2013. Sempat terjadi kehilangan kontak antara pihak di Indonesia dengan para atlet serta ofisial yang berada di Iran. Hal tersebut terjadi karena susahnyq akses internet serta ketatnya peraturan di negara tersebut.

     Menurut kabar yang beredar, para atlet hanya bisa mendapat akses wifi ketika sedang berada di hotel. Pihak panitia pun melarang semua orang untuk menggunakan kamera di lapangan, even handphone berkamera sekalipun.

     Iran yang notabene adalah negara Islam, juga memisahkan waktu pertandingan antara atlet putri dan putra. Saat atlet putri sedang bertanding pun, atlet putra dilarang berada di sana untuk menonton. Begitupun sebaliknya.

     Seperti halnya Makau, Iran juga menjadi "tanah yang dijanjikan" bagi atlet Indonesia. Dua tahun lalu, Tommy Sugiarto berhasil membawa pulang emas lewat sektor tunggal putra. Tahun 2012 pun Indonesia berhasil membawa pulang gelar juara lewat ganda muda Indonesia, Agrippina Prima Rahmanto/Gideon Markus Fernaldi (yang by the way harus berpisah setelah Gideon memutuskan untuk mengundurkan diri dari pelatnas).

     Dan tahun ini, atlet-atlet muda Indonesia lagi-lagi mencatatkan prestasi membanggakan dari Iran. 3 sektor yang dikirimkan ke Iran berhasil mencapai babak final. Sungguh prestasi pembuka tahun yang layak dicatat setelah ganda putra baru andalan Indonesia, Muhammad Ahsan/Hendra Setiawan, berhasil menjuarai turnamen Malaysia Open Super Series setelah menundukkan pasangan terbaik Korea, Ko Sung Hyun/Lee Yong Dae.

     Dari 3 partai final yang berhasil dicapai oleh atlet Indonesia, Indonesia berhasil memesan gelar juara sebelum partai digelar lewat sektor ganda putra dan tunggal putra.

     Wahyu Nayaka Arya Pankarya Nira/Ade Yusuf berhasil berhasil menuliskan namanya sebagai juara setelah menundukkan kompatriotnya, Ronald Alexander/Selvanus Geh dalam pertarungan 3 game. Sedangkan Riyanto Subagja, tunggal putra didikan klub PB Djarum yang kini menghuni pelatnas, juga berhasil membawa pulang gelar juara setelah menaklukkan rekan senegaranya Arif Gifar Ramadhan. Sedangkan Febby Angguni harus puas menjadi runner-up setelah takluk 2 game langsung dari unggulan pertama asal Turki, Neslihan Yigit.

     Lewat torehan ini, Indonesia kembali membuka awal tahun ini dengan kabar yang sangat menggembirakan. Era kepemimpinan Gita Wirjawan telah menghasilkan 3 gelar juara dan 4 runner-up dari 2 gelaran berturut-turut.

     Semoga di turnamen-turnamen selanjutnya, atlet-atlet Indonesia berhasil  memberikan lebih banyak gelar lagi, dan kembali mengangkat nama Indonesia, serta ikut mempopulerkan bulutangkis di mata dunia.

     Semoga...

    

Wednesday, February 13, 2013

Mraz Is A Four Letter Word

     If someone asks me,"what is sex?", my absolute answer will going to Jason Mraz.

     Sebagai manusia normal, wajar bila adakalanya pikiran saya merujuk kepada sex. Normal thing, isn't it? Dan saat hal tersebut terlintas di otak saya, hanya ada satu orang yang selalu muncul. Bukan Lee Yong Dae yang saya nobatkan sebagai laki-laki paling tampan di galaksi bimasakti, bukan pula Shintaro Ikeda yang selalu saya sebut sebagai the most wanted husband all the time. He is Jason Thomas Mraz.

     In my mind, he is the sex symbol. Dia tidak memiliki tubuh atletis seperti kebanyakan penggambaran pria seksi. He doesn't naked on the stage, he just sexy by his own way. Whatever the song he sings, whatever words come out from his mouth, it's going to be sexy. So that's why I said that he is my sex symbol, ever.

     Saya pernah dibuat sangat terpesona olehnya karena sebuah wawancara dengan sebuah acara online. The way he thinks mengukuhkan bahwa Jason adalah seorang musisi yang selain -tentunya- pandai mengolah kata dan nada menjadi sebuah lagu yang selalu bisa membuat telinga dimanjakan, tapi juga dia adalah a hot talented philosophical guy. Selain berbakat di bidang musik, dia juga adalah orang yang filosofis dan memandang kehidupan dengan cara yang simpel dan asik tapi tetap sesuai jalur. And the most important thing is still, he is hot. As he wrote in his "I'm Yours" song, "I tried to be chill but you're so hot that I melted". Seperti itulah saat saya berhadapan dengan hal-hal yang berhubungan dengan this Mr. A-Z.

     Perubahan penampilan dari seorang blonde guy ke seorang berambut gondrong dengan jambang dan kumis menurut saya adalah implementasi dari apa yang selalu dia sebut di beberapa interview sebagai "search a mature experience". Looks like Jesus, right? :D

     Jason yang dulunya adalah seorang perokok dan peminum alkohol, sekarang merubah gaya hidupnya menjadi lebih baik. No drink, no alcohol and no meat anymore. He's going to be a vegan and doing yoga every time. He said that he's now in thirty's, he needs new experience, he grows up and he should leave his last bad habbits (include smoking) that he did in twenty's.

     Kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya saat berada di beberapa wawancara memberikan semangat positif dan optimis. Dia memberikan motivasi dengan cara ringan dan asik. It's just like for himself, tapi yang mendengar pun akan merasa seharusnya seperti dia.

     Saya adalah salah satu orang yang iri dengan cara Jason menjalani kehidupan. Saat pertama kali melihat video klip lagu I'm Yours, saya langsung ingin menjalani kehidupan santai dan sesuai jalan yang kita inginkan. Kalau di salah satu episode Spongebon Squarepants dia dan Patrick ingin "Live Like Larry", in this real life I wanna "Live Like Jason".

     In his two last albums, he said that all of the songs are full of gratitude. And 'gratitude' is the magic word of him. Dia mengatakan bahwa setiap jalan yang dia tempuh adalah cara dia bersyukur kepada Tuhan. Tuhan ada pada musik, ada pada air tempat ikan hidup, udara tempat burung terbang dan pada banyak hal lain. "The more I learn, the less I know", itu yang dia katakan saat ditanya tentang pencarian spiritualnya. Like I said, a hot philosophical guy.

     And I should say, once again, that he is my sex symbol. I won't be ashame to say this. Honestly, by listen his voice, I just need to lay on my bed and open relax. No more problem, no more tears, just take it easy.

     Just by listen his voice. That's the magical of Mraz.

    

Monday, February 11, 2013

Untittled

     Samar tapi jelas, lagu Fix You milik Coldplay mengalun dari earphone warna putih di telingaku. Samar tapi jelas, otak dan hatiku dipenuhi berbagai macam pertanyaan dan pernyataan yang entah apa. Dan dengan pelan aku gerakkan jari-jariku untuk mengetik ini, di sini.

     "When you try your best but you don't succeed, when you get what you want but not what you need."

     Aku tinggal di sebuah zona nyaman yang tidak aku kehendaki. Berangkat ke kantor setiap pagi, mengangkat telpon dengan basa-basi baku sesuai aturan yang berlaku, menjelaskan banyak hal yang aku tidak tau, dan berpura-pura mengatakan bahwa inilah duniaku. Duduk di belakang meja, menghadap komputer dan bersanding dengan pesawat telpon, seakan semua sudah sempurna sampai ketika hari ini semua aku rasakan berbeda. Aku tidak seharusnya di sini. Aku bukan seharusnya menjadi bagian dari semua ini.

     Aku punya mimpi dan cita-cita. Aku punya jiwa yang tidak cukup untuk sekedar duduk di belakang meja dengan aturan baku. Aku ingin melihat dunia. Aku ingin mengisi hidup yang hanya semacam "coffee break" ini dengan petualangan hebat yang bisa aku ceritakan pada anak-cucuku nanti.

     Aku selalu kagum -secara diam-diam- pada sahabatku, Windy, yang selalu berani mengungkapkan cita-cita serta mimpinya di hadapan semua orang. Dia menyatakan ingin menjadi seorang artis, yang dalam hal ini mungkin adalah seorang penari, maka dia berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Mungkin orang tuanya tidak se-care orang tuaku. Mungkin. Tapi Windy selalu berusaha mewujudkan apa yang dia inginkan sendiri. She gets what she wants by herself.

     Dan aku, yang selalu tidak berani mengungkapkan mimpi-mimpiku, hanya bisa bermain-main dengan khayalan sambil duduk di belakang meja kantor yang membosankan.

     Sore ini, seseorang dari HR Department menawariku untuk menjadi admin di divisi yang mengurus karyawan offshore. Sungguh tawaran tersebut adalah sebuah prospek bagus untuk orang yang ingin menaikkan level pekerjaannya sebagai wanita karir yang bekerja di sebuah kantor. Tapi aku yang entah seperti apa jalan pikirannya ini, menolak dan memilih untuk tetap berada di belakang kursiku yang sekarang.

     Bodoh? Iya, sudah jelas. Aku sendiri tidak tau sampai kapan aku akan bertahan di zona nyaman yang tidak aku inginkan ini. Aku hanya menunggu kesempatan. Aku menunggu jalan yang akan membawaku ke arah mimpi dan cita-cita yang aku mimpikan sejak masih di sekolah dasar.

     Sewajarnya adalah orang tua tau apa cita-cita dan mimpi anaknya. Tapi aku baru berani menceritakan dan meminta doa pada Ibuku beberapa minggu yang lalu, saat Ibu mengatakan bahwa beliau selalu melebihkan beberapa doa untukku di setiap akhir sholatnya.

     Aku percaya bahwa doa Ibu adalah mantra termanjur di jagad raya. Kalimat pengharapan dari bibir seorang Ibu adalah obat bagi kegundahan putra-putrinya. Aku tau Ibu sekarang sedang meminta pada Tuhan untuk membukakan jalan untukku melewati segala petualangan mewujudkan mimpiku, mimpi yang tidak banyak orang tau.

     Aku tidak ingin menjadi seorang wanita yang duduk di belakang meja kantor sambil menghadap komputer dengan aturan sistemik yang tidak aku mengerti. Aku ingin membebaskan diri dan jiwaku yang haus akan mimpi ini ke padang luas yang hanya ada aku dan mimpi-mimpiku yang menjadi kenyataan.

     Aku ingin melihat dunia dengan caraku. Aku ingin hidup dalam petualangan yang aku bentuk bersama mimpiku. Aku ingin terus berjalan mencari apa yang aku tidak tau sampai akhirnya aku harus menjalani kodrat menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak dan suamiku. Itu saja.

     Entahlah kapan Tuhan akan membuka jalan untukku. Tapi aku percaya, dengan keyakinan kuat serta doa dari Ibuku, pintu yang kini masih tertutup rapat itu akan terbuka dan aku bisa memasukinya dengan senyum bahagia.

     God does exist, I know it...


Saturday, February 9, 2013

Thank you, Chou Tien Chen!!!

     Finallyyyyy, akhirnyaaaaahhh pemirsaaah, pergelaran Djarum Superliga 2013 -yang kata orang Korea mirip IO mini- selesai juga berbarengan dengan akhir tahun Cinak.

     Dan hari ini was so gokil bero, dan saya ngetik ini sambil ngerasain migren yang alamak selalu dateng tiap abis nonton betminten. Maklum ye, ana suka lupa makan lupa minum kalo nonton bulutangkis. Dan ditambah jantung yang setengah harian mencoba angkat barbel dan kecepatan detaknya lebih dari biasanya.

     Kemaren sih untuk yang final putri udah digelar. Dan as we know, Jayaraya Jakarta berhasil membawa gelar juara setelah mengalahkan Unisys Japan dalam 5 pertandingan berdarah-darah. Tapi karena ana tidak nongton dan match terakhir dihentikan pas game ketiga, jadi greget dan deg-degannya agak kurang dibanding hari ini.

     Dibuka dengan kemenangan Tommy Sugiarto yang harus jatuh bangun *aku mengejarmu* selama 3 set untuk menaklukkan Daren Liew yang kayaknya di dua set terakhir udah nggak fokus karena takut nggak kebagian angpao. Bung Ricky Subagja yang ganteng itu (sumpah ini penting abis) bilang kalo mas Tommy bin Icuk ini ibarat mesin diesel, panasnya telat tapi kalo udah panas nggak bisa dihentikan. Dan benar saja, di set kedua dan ketiga Tommy benar-benar di atas api alias on fire.

     Partai kedua mempertandingkan antara bwf no. 10 rank, Tan Wee Kiong ame sapa dah pasangannya lupa namanya melawan pasangan paling berisik sejagad raya, Rendra Wijaya/Rian Sukmawan. Yakalo situ pada pernah liat pasangan Djarum yang satu ini, pasti tau betapa hebohnya mereka kalo di lapangan. Apalagi dengan hobi aneh mereka yang selalu tukeran sepatu sebelah-sebelah. Mereka juga harus main 3 set dan akhirnya bisa memenangkan pertandingan.

     Partai ketiga harusnya bisa jadi partai terakhir kalo aja sedulurnya Lee Yong Dae yang diimpor langsung dari Korea, si om Lee Hyun Il, bisa menang dari the most gigit-able athlete from Malaysia, Chong Wei Feng. Sayangnya si bocah Malaysia yang minta diiwel-iwel ini nggak mau ngalah sama orang tua dan malah menghajar Hyun Il oppa 2 set langsung.

     Jantung saya yang kualitasnya biasa aja ini masih harus menanggung beban berat saat pasangan ganda Musica Champion, Fran Kurniawan Teng/Hadi Saputra harus kalah dari Goh V Shem/Lim Kim Wah.

     Dan partai terakhir, partai penentuan, partai pamungkas yang lagi-lagi harus dilakukan dengan jatuh bangun dan berdarah-darah. Adalah Muhammad Arif Abdul Latief yang harus berhadapan dengan tunggal putra ketiga Musica Champion yang dibawa fresh from Taipei, Chao Tien Chen. Dek Chen ini sebelumnya perasaan ya biasa aja gitu, nggak terlalu minat buat tau siapa dia walaupun namanya sih nggak asing dan dia juga ada daftar 30 besar bwf world ranking. Tapi semua berubah saat DBL Arena yang diisi para bonek betminten pecah mendukung Chen yang fighting spirit untuk menggites si Arip ini dia tunjukkan.

     Set pertama dimenangkan dengan agak susah payah oleh Chen. Dada saya udah kembang-kempis dan pengen pipis jugak.

     Set kedua keliatan berat dan Fran Teng keliatan sipit *okesip*. Chen harus jatuh bangun kepleset-pleset menghadapi serangan Arip yang gilak jugak. Dari kedudukan 18-15, jadi 19-15, terus jadi 19-19. Jantung saya mompanya kekencengan dan pas skor 20-19 untuk Chen, DBL Arena dan saya yang berada nun jauh dari kota Surabaya napasnya di-spasi, hening sejenak. Dan ketika skor berubah jadi 21-19, sontak Chao Tien Chen menjatuhkan diri ke belakang disusul dengan berhamburannya tim Musica Champion yang menindih Chen kayak orang abis ngegolin. Saya sih ngeri Chen nggak bisa napas aja ditindih kayak gitu.

     Setelah adegan tindih-tindihan, diangkatlah itu si Chen ke udara. Dan semua pecah. Saya nangis terharu. Padahal ini bukan final Thomas Cup. Tapi karena lawannya adalah si negara ono, jadi ya berasa beda aja gitu. Indonesia boleh kalah, tapi tidak oleh Malaysia. Ini #sikat ('0')9

     Dan Chao Tien Chen, seorang putra Taipei, menjadi pahlawan penyelamat Musica Champion. Dan seketika jutaan gadis-gadis manis Indonesia termasuk ana, langsung mengidolakan temennya Vic Zhou ini.

     Pas wawancara, dek Chen bilang seneng banget sama penonton Indonesia dan merasa bahwa dia seperti orang Indonesia, dan saya terharu lagi :')

     Terimakasih Chao Tien Chen, suporter Indonesia nggak akan pernah lupa sama kamu. Dan ana janji, nanti pas Indonesia Open SSP, ana akan dukung antum, Chen *asal nggak lawan atlet Indonesia*.

     Prestasi pembuka bagi Indonesia. Walaupun yang main bukan pure Indonesia, seenggaknya ada Tommy yang membuktikan bahwa dia juga sudah setara dengan pemain-pemain top dunia.

     Jaya terus badminton Indonesia, lanjutkan prestasi yang seharusnya menjadi milik kita. Dan buat om Hendrawan, please coming home, Indonesia miss you, Om :')

Saturday, February 2, 2013

pLettonic-ing Night

     Seperti yang sudah-sudah, posting blog tentang sebuah perjalanan adalah hal yang sangat menyenangkan. Dan kali ini saya mau cerita tentang perjalanan kemarin.

    Sambil mendengarkan suara seksi milik Mr. AZ a.k.a Jason Mraz,  here we go...

     Sebenernya nggak tau apakah ini memenuhi kualifikasi sebuah perjalanan atau bukan. Tapi walaupun cuma ke Blok M tetep aja judulnya perjalanan ye nggak? Kita berjalan ke luar kamar ke arah jemuran aja namanya perjalanan. Jadi jangan heran kalau one day beta posting blog tentang perjalanan menjemur pakaian.

     Cerita berawal ketika adanya kabar kedatangan salah seorang teman pLettonic dari kotanya klub Jaya Raya Suryanaga, Rizal. Dia datang ke Jakarta untuk persiapan pergi ke Jepang. Katanya sih untuk kerja, katanya sih kerjanya nanti bikin kapal. Dan saya langsung berpikir untuk menyarankan pada kantor saya - yang apapun mau dibeli itu - untuk membeli kapal dari Rizal suatu saat nanti.

     Sebenarnya ini anak satu udah dateng ke Jakarta sejak akhir tahun lalu. Tapi yang namanya kami adalah wanita seboookk, jadi janji temu di-reschedule berulang-ulang. Dan sampailah kami pada hari kemarin *tanggal berapa dah yak kemaren?*.

     Kami janjian jam 4 sore di tempat paling mewah se-Jakarta raya, Blok M. Tapi mbak Fitri *yang abis manjat tower sutet dan pengen masuk asrama Grogol* mengajak saya dan Dwi untuk datang lebih cepat yaitu jam 2 siang. Saya yang tentunya tidak punya alasan untuk tidak setuju langsung mengiyakan, pun dengan Dwi.

     Acara niat keberangkatan saya sempat diwarnai dengan drama hujan yang tak kunjung reda. Bahkan hujan pun adalah drama :|

     Namun saya yang sebenarnya adalah reinkarnasi dari Jabang Tetuko alias Gatut Kaca, akhirnya nekat menerjang hujan rintik-rintik yang masih tersisa menuju ke tanah yang dijanjikan.

     Lagian ya emang eike nggak jalan kaki atau naik motor juga sih, dan nggak naik mobil bak terbuka juga, jadi nggak mungkin keujanan gituh.

     Singkat kata singkat cerita, sampailah saya di terminal BlokM yang sudah saya pahami setiap lekuk bagiannya. Bahkan saya lebih paham pada terminal Blok M ketimbang pada pacar saya sendiri *saya nggak punya pacar juga sih, ya Alloh mesakne ya Alloh :(( *. Dwi mengirimkan short message service yang mengabarkan bahwa dia sudah sampai dan sedang berada di mushola depan pintu masuk terminal. "Oke, Wik, gua ke sana.", begitu saya membalas sms Dwi.

     Dengan kepercayaan diri tingkat Dewa Budjana saya berjalan melewati kerumunan orang di sekitar empaiyer menuju mushola yang menurut saya adalah dekat pintu masuk terminal. Sekitar 15 menit saya berdiri di bawah pohon di depan mushola sambil memperhatikan beberapa turis Asia -yang kemungkinan adalah Cinak-, Dwi mengirim sms lagi menanyakan keberadaan saya yang kemudian saya baru sadar bahwa saya lagi-lagi kehilangan arah. Walaupun di ransel saya tergantung sebuah kompas, saya tetaplah ahli nyasar yang mungkin tahun depan akan diberi penghargaan oleh MURI. Saya salah mushola -____-"

     Akhirnya saya berjalan gontai menuju Blok M Square, duduk di tangga depan dan siap menengadahkan tangan sambil bilang,"Om bagi duit Om, belum makan vegetable salad with olive oil 7 hari Om, tolong Om." :|

     Dwi datang sekitar berlama-lama menit kemudian. Jujur saya nggak paham lagi dengan muka Dwi. Ah, SD Card di otak saya penuh sepertinya, jadi susah menghapal muka orang.

     Lagi, kami melanjutkan duduk di tangga sambil ngobrol ngalor-ngidul-ngetan-ngulon sampai akhirnya alarm dari perut kami memberikan signal bahwa kami harus beringsut ngesot ke tempat lain yang ada bau-bau atau gambar makanannya sambil menunggu Pipit yang belum juga datang.

     Damn, playlist-nya muter Mr. Curiosity, saya tak nangis bentar ya...

                      (crying)

     Oke, kita lanjutkan. Karena kami memang sering lost focus, kami lupa pada alarm perut dan malah berdiri di dekat tangga dan melanjutkan ngobrol. Pipit menelpon kemudian kami naik ke upper floor dan mendapati Pipit yang duduk sendiri dengan muka juteknya. Ho'oh mukanya jutek, pantes nggak punya pacar *brb, migrasi ke Etiopia*.

     Setelah acara muter-muter nonton toko sendal dan nungguin Dwi antre ATM, datanglah sms dari tamu utama kami hari itu, Rizal, yang mengatakan bahwa dia sudah tiba. Dia bilang bahwa dia berada di belakang bis deket pager biru. Ok, got it.

     Kami langsung pergi menuju kawasan terminal sambil mencari pagar berwarna yang ternyata semuanya memang warna biru :(((

     Namun tiba-tiba ada seorang anak berjaket warna... *warna apa ya?* dengan kupluk warna abu-abu menyapa kami. Iyak, itu dia yang kami cari.

Lanjut, acara ramah-tamah dan salim-saliman, yang betewe saya bosen banget dengan acara ramah-tamah yang gitu-gitu aja. Sekali-kali kalau baru ketemu orang kenapa kita nggak kayang di depannya sambil nyebutin nama atau even goyang itik sambil saliman gitu kan lebih modern. Jangan cuma saliman terus 'hai' gitu kan bosen banget *lha situ aja sendiri sama mbokdenya situ mbak* -____-" .

     *kemudian mbayangin, kemudian ngakak faaaakkk*

     Kami langsung cuss meninggalkan tembok biru terminal Blok M menuju ke seberang jalan, Blok M Plaza. Setibanya di sana kami langsung menuju ke lantai paling dasar dan langsung mencari sebuah restoran Jepang bernama Gokana.

     Kami langsung masuk dan memilih tempat duduk yang sebenarnya nggak sesuai dengan pilihan. Aku merasa seperti dijodohkan, aku sedih :(( *dan drama pun dimulai lagi*.

     Acara pesan-memesan makanan dimulai sambil kaget-kagetan karena berisiknya waiters yang terus-terusan teriak "irasaimase" dengan suara kayak abis makan rendang TOA.

     Tidak perlu menunggu terlalu lama seperti menunggu datangnya cinta yang tak kunjung hadir, makanan yang dipesan pun tiba. Semangkuk ramen berkuah merah dan dua ekor udang tempura tersaji di depan saya. Saya mengucap doa sebelum makan dalam hati sambil mengingat wajah Shintaro Ikeda saat berdoa sebelum makan. Percaya atau tidak, berdoa sebelum makan sambil mengingat wajah Shintaro Ikeda yang sedang mengatupkan tangan di depan muka dapat menambah kenikmatan makan. Trust me, it works.

     Ketika sedang menikmati Tempura Hot Ramen yang mngepulkan asap, telpon saya berdering. Nama Windy AprisiaP tertulis di layar.

Windy : Halo, pada di mana?

Me : Gokana, Wind. Langsung sini aja.

Windy : Hah, bawah tanah?

*kemudian dunia berhenti berputar, hening selamanya*
-____________-"

     Setelah menunggu beberapa saat, datanglah Windy dengan baju lengan panjang berwarna pink dan apalah itu yang dikalungkan di lehernya.

     Sebenarnya nggak nunggu juga ya, tapi biar keliatan akrab jadi anggep aja nunggu Windy gitu *merenges*.

     Kami melanjutkan makan  sambil mengobrol. Rizal tetap diam tanpa kata, jarang ngomong. I guess dia terpesona, terlebih pada saya. Siapa juga yang nggak terpesona sama saya yang kulitnya semulus Mitani Minatsu dan memiliki wajah secantik Wang Shixian ini *dibandem watu*.

     Satu kalimat yang masih saya ingat saat saya menyuruhnya untuk tidak hanya diam adalah saat Rizal bilang, "anak Jakarta ngomongnya cepet-cepet banget, jadi nggak nangkep". Lha jangankan situ, kita sendiri aja ngobrol nggak ngerti apa yang diobrolin :((

     Setelah selesai makan dan melakukan pembayaran, kami melanjutkan petualangan. Kami naik ke lantai atas memutari setiap detil lantai pusat perbelanjaan tua ini hingga akhirnya kami sampai di tempat foto. Dan yak, kami mau photobox. Oh, photobox, long time no see, apa kabar?

     Tapi karena alasan yang tidak jelas, kami pindah ke booth sebelahnya. Setelah berdiskusi sekitar 1208735 hari, kami memutuskan untuk masuk ke box photo yang lebih pantas disebut kotak penyiksaan. 5 orang dengan ukuran badan berbeza-beza masuk ke dalam kotak kecil dan kami siap diimpor ke Cina untuk dibuat sup untuk menguatkan stamina Lin Dan.

     Sesi foto dilanjut dengan ponsel milik Fitri dan saya. Dan kami berempat sempat difoto oleh Rizal menggunakan handphone-nya. Ya mungkin nanti kalau dia udah di Jepang, sabi kali itu foto dipandang-pandang biar nggak sedih-maredih.

     Setelah ngobrol yang nggak jelas apa yang diobrolin, kami bergerak mencari tempat yang bisa dibuat nongkrong dan curhat-curhat cantik gitu.

     Dan diputuskanlah kami akan pergi ke Seven Eleven Bulungan. Oh my, just in a minute later I will be anak gahol sevel Bulungan. Neptunus, this was my first time ever. Aku anak sepel bulungan gitu loh *macak anak sevel*.

     Sekian lama saya tinggal di Jakarta dan sekian Sevel yang menjamur, semalam adalah pengalaman pertama saya ke 7-11. Jadi, kalau aku baru pertama ke sevel kalian masih mau temenan sama aku nggak? :((

     Pukul 11an malam kami memutuskan untuk pulang. Saya, Dwi dan Rizal pulang bersama. Windy bersama Pipit.

     Nah, untuk pLettonic dari daerah lain, again, sumonggo kalau mau sowan ke Jakarta. We'll welcoming you guys as we can. Cheersssss!!!

    

    

    

    

    

    

    

    

    

    

    



Friday, February 1, 2013

God Bless Irfan Haaris Bachdim

     Saya tulis ini sambil mengeringkan keringat yang tadi sempat bercucuran karena saya baru pulang dari jogging *epadahal ga keringetan juga sih*. Tapi sepertinya keringat saya nggak akan kering cause of those hotty man picture around me.

     Lalu?

     Semalam lini masa twitter kembali ramai. Hal ini terjadi ketika pemain naturalisasi Indonesia membeberkan beberapa hal yang mencengangkan. Dialah Irfan Haaris Bachdim. Irfan adalah satu dari sekian pemain sepakbola naturalisasi yang terlihat benar-benar mencintai negeri ini. Cinta negeri ini dan cinta sepak bola Indonesia.

     Masih jelas di ingatan, pada AFF Cup 2010 nama Irfan mencuat dan seketika menjadi bintang. Selain wajah blasteran Indonesia-Belanda yang menarik perhatian banyak orang terutama kaum hawa, Irfan juga memiliki skill yang mumpuni untuk memastikan dia menjadi bintang baru di sepakbola Indonesia. Sikapnya yang tertutup pada media membuatnya dinilai sombong oleh banyak kalangan pada akhirnya.

     Tapi Irfan tetaplah Irfan yang dengan rela dan ikhlas memilih untuk menjadi warga negara Indonesia. Padahal mungkin bila dia memilih Belanda sebagai negaranya, kesempatan untuk karirnya akan lebih baik. Tapi dia tidak melakukan itu, dia memilih merah putih sebagai bendera kebangsaannya. Hal tersebut dilakukan karena dia cinta Indonesia. Dia cinta negeri ini dan sepakbolanya. Kita bisa melihat tangisannya memeluk Bambang Pamungkas ketika Indonesia kalah adu penalti di final AFF Cup 2010. Dia menangis dan memeluk BePe seperti seorang adik yang memeluk kakaknya. Every Indonesian should know that he is real Indonesian.

     Dan ketika runtuhnya kepemimpinan Nurdin Halid, dan terjadi kekacauan di mana-mana pada era baru PSSI, Irfan tetap tidak sungkan memakai jersey merah putih dengan lambang garuda di dadanya. Dia tetap lantang menyanyikan Indonesia Raya meski dengan bahasa Indonesia yang tidak lancar. Dia tetap putra Indonesia yang mencintai sepakbola Indonesia di tengah carut-marut yang terjadi di sepakbola Indonesia.

     Dan puncaknya adalah tadi malam. Sekitar pukul 11 malam, Irfan Bachdim mengungkapkan jawaban dari pertanyaan semua orang akhir-akhir ini tentang rencana kepindahannya ke klub Thailand. Sebelumnya banyak orang berpikir bahwa Irfan meninggalkan klub yang membesarkan namanya di saat-saat yang tidak tepat. Tapi semua terbantahkan dengan pernyataannya semalam.

     Klub Persema Malang yang selama ini menjadi klub yang dibela Irfan tidak membayarkan gaji Irfan selama 8 bulan. What? I mean what the hell? 8 month unpaid? Di mana pikiran manajemen klub selama ini? Irfan punya keluarga, Irfan memiliki anak dan istri yang tentunya butuh makan. 8 bulan tanpa gaji adalah kebobrokan manajemen yang nyata. Who wanna do that sh*t for 8 months if he doesnt love his job. Irfan cinta sepakbola. Dia diam selama 8 bulan karena memang hanya itu yang bisa dilakukannya. Tak ada tempat atau lembaga yang bisa menolongnya. PSSI sebagai lembaga yang seharusnya melindungi atlet semacam Irfan, lebih memilih untuk sibuk dan menutup mata serta telinga ketimbang melakukan tugasnya.

     Dan yang lebih mengenaskan adalah Irfan mengalami apa yang pernah dialami Titus Bonai, dihalangi untuk pergi. Tapi ini sudah jalan Irfan, dia berhasil digaet oleh salah satu klub asal Thailand, Chonburi, yang merupakan salah satu klub besar di negeri gajah putih tersebut.

     Meskipun akan segera meninggalkan Indonesia, Irfan tetap menegaskan bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan timnas Indonesia yang sangat dicintainya. Dia membuktikan itu dengan terbang membela Indonesia di kualifikasi piala Asia 6 Februari mendatang.

     Irfan bukan satu-satunya korban dari kebobrokan di organisasi sepakbola. Banyak nama yang telah menjadi korbannya, salah satunya adalah Diego Mendieta yang harus menghembuskan nafas terakhir jauh dari negaranya karena masalah transfer gaji. Selain itu juga ada Bambang Pamungkas yang juga tidak dibayarkan gajinya selama 5 bulan. Dan akhirnya dia membuat keputusan meninggalkan klub yang sangat dicintainya. Semua ini menegaskan bahwa klub yang ada di kompetisi yang diklaim legal maupun yang ilegal sama bobroknya.

     Kemudian kemana Djohar Arifin serta La Nyala yang selama ini sibuk mengadu ego itu? Tidak sadarkah mereka bahwa ada satu nyawa warga asing yang telah menjadi korban keganasan mereka? Tidak sadarkah bahwa tim garuda tidak lagi terbang segagah dulu? Tidak sadarkah bahwa laga Indonesia kontra Malaysia tidak akan sesengit dulu lagi? Dan tidak rindukah mereka pada selebrasi Irfan Bachdim yang menari di pinggir lapangan, tarian Titus Bonai, bentangan tangan Bambang Pamungkas, selebrasi hormat Firman Utina, tidak rindukah mereka pada semua itu? Atau mereka semacam sudah mati rasa sehingga yang ada di otak hanyalah jejalan ego tanpa akhir.

     Bangsa Indonesia, sekarang mari kita mengiringi kepindahan Irfan Bachdim dengan doa, semoga Tuhan mengiringi langkahnya, dan semoga sepakbola kembali ke 'rumah' yang seharusnya.

Good luck, Bachdim...