Monday, February 11, 2013

Untittled

     Samar tapi jelas, lagu Fix You milik Coldplay mengalun dari earphone warna putih di telingaku. Samar tapi jelas, otak dan hatiku dipenuhi berbagai macam pertanyaan dan pernyataan yang entah apa. Dan dengan pelan aku gerakkan jari-jariku untuk mengetik ini, di sini.

     "When you try your best but you don't succeed, when you get what you want but not what you need."

     Aku tinggal di sebuah zona nyaman yang tidak aku kehendaki. Berangkat ke kantor setiap pagi, mengangkat telpon dengan basa-basi baku sesuai aturan yang berlaku, menjelaskan banyak hal yang aku tidak tau, dan berpura-pura mengatakan bahwa inilah duniaku. Duduk di belakang meja, menghadap komputer dan bersanding dengan pesawat telpon, seakan semua sudah sempurna sampai ketika hari ini semua aku rasakan berbeda. Aku tidak seharusnya di sini. Aku bukan seharusnya menjadi bagian dari semua ini.

     Aku punya mimpi dan cita-cita. Aku punya jiwa yang tidak cukup untuk sekedar duduk di belakang meja dengan aturan baku. Aku ingin melihat dunia. Aku ingin mengisi hidup yang hanya semacam "coffee break" ini dengan petualangan hebat yang bisa aku ceritakan pada anak-cucuku nanti.

     Aku selalu kagum -secara diam-diam- pada sahabatku, Windy, yang selalu berani mengungkapkan cita-cita serta mimpinya di hadapan semua orang. Dia menyatakan ingin menjadi seorang artis, yang dalam hal ini mungkin adalah seorang penari, maka dia berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Mungkin orang tuanya tidak se-care orang tuaku. Mungkin. Tapi Windy selalu berusaha mewujudkan apa yang dia inginkan sendiri. She gets what she wants by herself.

     Dan aku, yang selalu tidak berani mengungkapkan mimpi-mimpiku, hanya bisa bermain-main dengan khayalan sambil duduk di belakang meja kantor yang membosankan.

     Sore ini, seseorang dari HR Department menawariku untuk menjadi admin di divisi yang mengurus karyawan offshore. Sungguh tawaran tersebut adalah sebuah prospek bagus untuk orang yang ingin menaikkan level pekerjaannya sebagai wanita karir yang bekerja di sebuah kantor. Tapi aku yang entah seperti apa jalan pikirannya ini, menolak dan memilih untuk tetap berada di belakang kursiku yang sekarang.

     Bodoh? Iya, sudah jelas. Aku sendiri tidak tau sampai kapan aku akan bertahan di zona nyaman yang tidak aku inginkan ini. Aku hanya menunggu kesempatan. Aku menunggu jalan yang akan membawaku ke arah mimpi dan cita-cita yang aku mimpikan sejak masih di sekolah dasar.

     Sewajarnya adalah orang tua tau apa cita-cita dan mimpi anaknya. Tapi aku baru berani menceritakan dan meminta doa pada Ibuku beberapa minggu yang lalu, saat Ibu mengatakan bahwa beliau selalu melebihkan beberapa doa untukku di setiap akhir sholatnya.

     Aku percaya bahwa doa Ibu adalah mantra termanjur di jagad raya. Kalimat pengharapan dari bibir seorang Ibu adalah obat bagi kegundahan putra-putrinya. Aku tau Ibu sekarang sedang meminta pada Tuhan untuk membukakan jalan untukku melewati segala petualangan mewujudkan mimpiku, mimpi yang tidak banyak orang tau.

     Aku tidak ingin menjadi seorang wanita yang duduk di belakang meja kantor sambil menghadap komputer dengan aturan sistemik yang tidak aku mengerti. Aku ingin membebaskan diri dan jiwaku yang haus akan mimpi ini ke padang luas yang hanya ada aku dan mimpi-mimpiku yang menjadi kenyataan.

     Aku ingin melihat dunia dengan caraku. Aku ingin hidup dalam petualangan yang aku bentuk bersama mimpiku. Aku ingin terus berjalan mencari apa yang aku tidak tau sampai akhirnya aku harus menjalani kodrat menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak dan suamiku. Itu saja.

     Entahlah kapan Tuhan akan membuka jalan untukku. Tapi aku percaya, dengan keyakinan kuat serta doa dari Ibuku, pintu yang kini masih tertutup rapat itu akan terbuka dan aku bisa memasukinya dengan senyum bahagia.

     God does exist, I know it...


No comments:

Post a Comment