Seperti yang sudah-sudah, posting blog tentang sebuah perjalanan adalah hal yang sangat menyenangkan. Dan kali ini saya mau cerita tentang perjalanan kemarin.
Sambil mendengarkan suara seksi milik Mr. AZ a.k.a Jason Mraz, here we go...
Sebenernya nggak tau apakah ini memenuhi kualifikasi sebuah perjalanan atau bukan. Tapi walaupun cuma ke Blok M tetep aja judulnya perjalanan ye nggak? Kita berjalan ke luar kamar ke arah jemuran aja namanya perjalanan. Jadi jangan heran kalau one day beta posting blog tentang perjalanan menjemur pakaian.
Cerita berawal ketika adanya kabar kedatangan salah seorang teman pLettonic dari kotanya klub Jaya Raya Suryanaga, Rizal. Dia datang ke Jakarta untuk persiapan pergi ke Jepang. Katanya sih untuk kerja, katanya sih kerjanya nanti bikin kapal. Dan saya langsung berpikir untuk menyarankan pada kantor saya - yang apapun mau dibeli itu - untuk membeli kapal dari Rizal suatu saat nanti.
Sebenarnya ini anak satu udah dateng ke Jakarta sejak akhir tahun lalu. Tapi yang namanya kami adalah wanita seboookk, jadi janji temu di-reschedule berulang-ulang. Dan sampailah kami pada hari kemarin *tanggal berapa dah yak kemaren?*.
Kami janjian jam 4 sore di tempat paling mewah se-Jakarta raya, Blok M. Tapi mbak Fitri *yang abis manjat tower sutet dan pengen masuk asrama Grogol* mengajak saya dan Dwi untuk datang lebih cepat yaitu jam 2 siang. Saya yang tentunya tidak punya alasan untuk tidak setuju langsung mengiyakan, pun dengan Dwi.
Acara niat keberangkatan saya sempat diwarnai dengan drama hujan yang tak kunjung reda. Bahkan hujan pun adalah drama :|
Namun saya yang sebenarnya adalah reinkarnasi dari Jabang Tetuko alias Gatut Kaca, akhirnya nekat menerjang hujan rintik-rintik yang masih tersisa menuju ke tanah yang dijanjikan.
Lagian ya emang eike nggak jalan kaki atau naik motor juga sih, dan nggak naik mobil bak terbuka juga, jadi nggak mungkin keujanan gituh.
Singkat kata singkat cerita, sampailah saya di terminal BlokM yang sudah saya pahami setiap lekuk bagiannya. Bahkan saya lebih paham pada terminal Blok M ketimbang pada pacar saya sendiri *saya nggak punya pacar juga sih, ya Alloh mesakne ya Alloh :(( *. Dwi mengirimkan short message service yang mengabarkan bahwa dia sudah sampai dan sedang berada di mushola depan pintu masuk terminal. "Oke, Wik, gua ke sana.", begitu saya membalas sms Dwi.
Dengan kepercayaan diri tingkat Dewa Budjana saya berjalan melewati kerumunan orang di sekitar empaiyer menuju mushola yang menurut saya adalah dekat pintu masuk terminal. Sekitar 15 menit saya berdiri di bawah pohon di depan mushola sambil memperhatikan beberapa turis Asia -yang kemungkinan adalah Cinak-, Dwi mengirim sms lagi menanyakan keberadaan saya yang kemudian saya baru sadar bahwa saya lagi-lagi kehilangan arah. Walaupun di ransel saya tergantung sebuah kompas, saya tetaplah ahli nyasar yang mungkin tahun depan akan diberi penghargaan oleh MURI. Saya salah mushola -____-"
Akhirnya saya berjalan gontai menuju Blok M Square, duduk di tangga depan dan siap menengadahkan tangan sambil bilang,"Om bagi duit Om, belum makan vegetable salad with olive oil 7 hari Om, tolong Om." :|
Dwi datang sekitar berlama-lama menit kemudian. Jujur saya nggak paham lagi dengan muka Dwi. Ah, SD Card di otak saya penuh sepertinya, jadi susah menghapal muka orang.
Lagi, kami melanjutkan duduk di tangga sambil ngobrol ngalor-ngidul-ngetan-ngulon sampai akhirnya alarm dari perut kami memberikan signal bahwa kami harus beringsut ngesot ke tempat lain yang ada bau-bau atau gambar makanannya sambil menunggu Pipit yang belum juga datang.
Damn, playlist-nya muter Mr. Curiosity, saya tak nangis bentar ya...
(crying)
Oke, kita lanjutkan. Karena kami memang sering lost focus, kami lupa pada alarm perut dan malah berdiri di dekat tangga dan melanjutkan ngobrol. Pipit menelpon kemudian kami naik ke upper floor dan mendapati Pipit yang duduk sendiri dengan muka juteknya. Ho'oh mukanya jutek, pantes nggak punya pacar *brb, migrasi ke Etiopia*.
Setelah acara muter-muter nonton toko sendal dan nungguin Dwi antre ATM, datanglah sms dari tamu utama kami hari itu, Rizal, yang mengatakan bahwa dia sudah tiba. Dia bilang bahwa dia berada di belakang bis deket pager biru. Ok, got it.
Kami langsung pergi menuju kawasan terminal sambil mencari pagar berwarna yang ternyata semuanya memang warna biru :(((
Namun tiba-tiba ada seorang anak berjaket warna... *warna apa ya?* dengan kupluk warna abu-abu menyapa kami. Iyak, itu dia yang kami cari.
Lanjut, acara ramah-tamah dan salim-saliman, yang betewe saya bosen banget dengan acara ramah-tamah yang gitu-gitu aja. Sekali-kali kalau baru ketemu orang kenapa kita nggak kayang di depannya sambil nyebutin nama atau even goyang itik sambil saliman gitu kan lebih modern. Jangan cuma saliman terus 'hai' gitu kan bosen banget *lha situ aja sendiri sama mbokdenya situ mbak* -____-" .
*kemudian mbayangin, kemudian ngakak faaaakkk*
Kami langsung cuss meninggalkan tembok biru terminal Blok M menuju ke seberang jalan, Blok M Plaza. Setibanya di sana kami langsung menuju ke lantai paling dasar dan langsung mencari sebuah restoran Jepang bernama Gokana.
Kami langsung masuk dan memilih tempat duduk yang sebenarnya nggak sesuai dengan pilihan. Aku merasa seperti dijodohkan, aku sedih :(( *dan drama pun dimulai lagi*.
Acara pesan-memesan makanan dimulai sambil kaget-kagetan karena berisiknya waiters yang terus-terusan teriak "irasaimase" dengan suara kayak abis makan rendang TOA.
Tidak perlu menunggu terlalu lama seperti menunggu datangnya cinta yang tak kunjung hadir, makanan yang dipesan pun tiba. Semangkuk ramen berkuah merah dan dua ekor udang tempura tersaji di depan saya. Saya mengucap doa sebelum makan dalam hati sambil mengingat wajah Shintaro Ikeda saat berdoa sebelum makan. Percaya atau tidak, berdoa sebelum makan sambil mengingat wajah Shintaro Ikeda yang sedang mengatupkan tangan di depan muka dapat menambah kenikmatan makan. Trust me, it works.
Ketika sedang menikmati Tempura Hot Ramen yang mngepulkan asap, telpon saya berdering. Nama Windy AprisiaP tertulis di layar.
Windy : Halo, pada di mana?
Me : Gokana, Wind. Langsung sini aja.
Windy : Hah, bawah tanah?
*kemudian dunia berhenti berputar, hening selamanya*
-____________-"
Setelah menunggu beberapa saat, datanglah Windy dengan baju lengan panjang berwarna pink dan apalah itu yang dikalungkan di lehernya.
Sebenarnya nggak nunggu juga ya, tapi biar keliatan akrab jadi anggep aja nunggu Windy gitu *merenges*.
Kami melanjutkan makan sambil mengobrol. Rizal tetap diam tanpa kata, jarang ngomong. I guess dia terpesona, terlebih pada saya. Siapa juga yang nggak terpesona sama saya yang kulitnya semulus Mitani Minatsu dan memiliki wajah secantik Wang Shixian ini *dibandem watu*.
Satu kalimat yang masih saya ingat saat saya menyuruhnya untuk tidak hanya diam adalah saat Rizal bilang, "anak Jakarta ngomongnya cepet-cepet banget, jadi nggak nangkep". Lha jangankan situ, kita sendiri aja ngobrol nggak ngerti apa yang diobrolin :((
Setelah selesai makan dan melakukan pembayaran, kami melanjutkan petualangan. Kami naik ke lantai atas memutari setiap detil lantai pusat perbelanjaan tua ini hingga akhirnya kami sampai di tempat foto. Dan yak, kami mau photobox. Oh, photobox, long time no see, apa kabar?
Tapi karena alasan yang tidak jelas, kami pindah ke booth sebelahnya. Setelah berdiskusi sekitar 1208735 hari, kami memutuskan untuk masuk ke box photo yang lebih pantas disebut kotak penyiksaan. 5 orang dengan ukuran badan berbeza-beza masuk ke dalam kotak kecil dan kami siap diimpor ke Cina untuk dibuat sup untuk menguatkan stamina Lin Dan.
Sesi foto dilanjut dengan ponsel milik Fitri dan saya. Dan kami berempat sempat difoto oleh Rizal menggunakan handphone-nya. Ya mungkin nanti kalau dia udah di Jepang, sabi kali itu foto dipandang-pandang biar nggak sedih-maredih.
Setelah ngobrol yang nggak jelas apa yang diobrolin, kami bergerak mencari tempat yang bisa dibuat nongkrong dan curhat-curhat cantik gitu.
Dan diputuskanlah kami akan pergi ke Seven Eleven Bulungan. Oh my, just in a minute later I will be anak gahol sevel Bulungan. Neptunus, this was my first time ever. Aku anak sepel bulungan gitu loh *macak anak sevel*.
Sekian lama saya tinggal di Jakarta dan sekian Sevel yang menjamur, semalam adalah pengalaman pertama saya ke 7-11. Jadi, kalau aku baru pertama ke sevel kalian masih mau temenan sama aku nggak? :((
Pukul 11an malam kami memutuskan untuk pulang. Saya, Dwi dan Rizal pulang bersama. Windy bersama Pipit.
Nah, untuk pLettonic dari daerah lain, again, sumonggo kalau mau sowan ke Jakarta. We'll welcoming you guys as we can. Cheersssss!!!
No comments:
Post a Comment