Friday, February 1, 2013

God Bless Irfan Haaris Bachdim

     Saya tulis ini sambil mengeringkan keringat yang tadi sempat bercucuran karena saya baru pulang dari jogging *epadahal ga keringetan juga sih*. Tapi sepertinya keringat saya nggak akan kering cause of those hotty man picture around me.

     Lalu?

     Semalam lini masa twitter kembali ramai. Hal ini terjadi ketika pemain naturalisasi Indonesia membeberkan beberapa hal yang mencengangkan. Dialah Irfan Haaris Bachdim. Irfan adalah satu dari sekian pemain sepakbola naturalisasi yang terlihat benar-benar mencintai negeri ini. Cinta negeri ini dan cinta sepak bola Indonesia.

     Masih jelas di ingatan, pada AFF Cup 2010 nama Irfan mencuat dan seketika menjadi bintang. Selain wajah blasteran Indonesia-Belanda yang menarik perhatian banyak orang terutama kaum hawa, Irfan juga memiliki skill yang mumpuni untuk memastikan dia menjadi bintang baru di sepakbola Indonesia. Sikapnya yang tertutup pada media membuatnya dinilai sombong oleh banyak kalangan pada akhirnya.

     Tapi Irfan tetaplah Irfan yang dengan rela dan ikhlas memilih untuk menjadi warga negara Indonesia. Padahal mungkin bila dia memilih Belanda sebagai negaranya, kesempatan untuk karirnya akan lebih baik. Tapi dia tidak melakukan itu, dia memilih merah putih sebagai bendera kebangsaannya. Hal tersebut dilakukan karena dia cinta Indonesia. Dia cinta negeri ini dan sepakbolanya. Kita bisa melihat tangisannya memeluk Bambang Pamungkas ketika Indonesia kalah adu penalti di final AFF Cup 2010. Dia menangis dan memeluk BePe seperti seorang adik yang memeluk kakaknya. Every Indonesian should know that he is real Indonesian.

     Dan ketika runtuhnya kepemimpinan Nurdin Halid, dan terjadi kekacauan di mana-mana pada era baru PSSI, Irfan tetap tidak sungkan memakai jersey merah putih dengan lambang garuda di dadanya. Dia tetap lantang menyanyikan Indonesia Raya meski dengan bahasa Indonesia yang tidak lancar. Dia tetap putra Indonesia yang mencintai sepakbola Indonesia di tengah carut-marut yang terjadi di sepakbola Indonesia.

     Dan puncaknya adalah tadi malam. Sekitar pukul 11 malam, Irfan Bachdim mengungkapkan jawaban dari pertanyaan semua orang akhir-akhir ini tentang rencana kepindahannya ke klub Thailand. Sebelumnya banyak orang berpikir bahwa Irfan meninggalkan klub yang membesarkan namanya di saat-saat yang tidak tepat. Tapi semua terbantahkan dengan pernyataannya semalam.

     Klub Persema Malang yang selama ini menjadi klub yang dibela Irfan tidak membayarkan gaji Irfan selama 8 bulan. What? I mean what the hell? 8 month unpaid? Di mana pikiran manajemen klub selama ini? Irfan punya keluarga, Irfan memiliki anak dan istri yang tentunya butuh makan. 8 bulan tanpa gaji adalah kebobrokan manajemen yang nyata. Who wanna do that sh*t for 8 months if he doesnt love his job. Irfan cinta sepakbola. Dia diam selama 8 bulan karena memang hanya itu yang bisa dilakukannya. Tak ada tempat atau lembaga yang bisa menolongnya. PSSI sebagai lembaga yang seharusnya melindungi atlet semacam Irfan, lebih memilih untuk sibuk dan menutup mata serta telinga ketimbang melakukan tugasnya.

     Dan yang lebih mengenaskan adalah Irfan mengalami apa yang pernah dialami Titus Bonai, dihalangi untuk pergi. Tapi ini sudah jalan Irfan, dia berhasil digaet oleh salah satu klub asal Thailand, Chonburi, yang merupakan salah satu klub besar di negeri gajah putih tersebut.

     Meskipun akan segera meninggalkan Indonesia, Irfan tetap menegaskan bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan timnas Indonesia yang sangat dicintainya. Dia membuktikan itu dengan terbang membela Indonesia di kualifikasi piala Asia 6 Februari mendatang.

     Irfan bukan satu-satunya korban dari kebobrokan di organisasi sepakbola. Banyak nama yang telah menjadi korbannya, salah satunya adalah Diego Mendieta yang harus menghembuskan nafas terakhir jauh dari negaranya karena masalah transfer gaji. Selain itu juga ada Bambang Pamungkas yang juga tidak dibayarkan gajinya selama 5 bulan. Dan akhirnya dia membuat keputusan meninggalkan klub yang sangat dicintainya. Semua ini menegaskan bahwa klub yang ada di kompetisi yang diklaim legal maupun yang ilegal sama bobroknya.

     Kemudian kemana Djohar Arifin serta La Nyala yang selama ini sibuk mengadu ego itu? Tidak sadarkah mereka bahwa ada satu nyawa warga asing yang telah menjadi korban keganasan mereka? Tidak sadarkah bahwa tim garuda tidak lagi terbang segagah dulu? Tidak sadarkah bahwa laga Indonesia kontra Malaysia tidak akan sesengit dulu lagi? Dan tidak rindukah mereka pada selebrasi Irfan Bachdim yang menari di pinggir lapangan, tarian Titus Bonai, bentangan tangan Bambang Pamungkas, selebrasi hormat Firman Utina, tidak rindukah mereka pada semua itu? Atau mereka semacam sudah mati rasa sehingga yang ada di otak hanyalah jejalan ego tanpa akhir.

     Bangsa Indonesia, sekarang mari kita mengiringi kepindahan Irfan Bachdim dengan doa, semoga Tuhan mengiringi langkahnya, dan semoga sepakbola kembali ke 'rumah' yang seharusnya.

Good luck, Bachdim...

    

    
     

No comments:

Post a Comment