Friday, September 28, 2012

Anggia Shitta Awanda, The New Gun


Pagi ini, tanggal 27 September 2012, pagi-pagi sekali saya sudah tiba di kantor. Sekitar pukul 6.30 waktu Geoservices dan sekitarnya, seperti biasa, saya membereskan beberapa pekerjaan kemarin yang belum sempat dibereskan sampai ketika tukang koran datang mengantarkan 3 koran langganan, Warta Kota, Bisnis Indonesia dan Media Indonesia.
 Koran yang saya buka pertama adalah Warta Kota, dan kolom favorit saya adalah olahraga. Seperti kebanyakan koran lokal, berita olahraga yang memenuhi rubrik olahraga adalah tentang sepakbola. Berita tentang banyaknya pemain MU yang cedera, foto Jose Mourinho dan beberapa berita yang saya malas untuk membacanya. Satu-satunya artikel yang bisa membuat saya tersenyum adalah artikel tentang Indonesia Open GPG yang memuat foto Simon Santoso yang sedang tertawa lebar. Simon Santoso tertawa? Ohhh so damn weird :D
Kemudian saya buka lagi koran yang satunya. Saya pilih Media Indonesia, karena saya tidak pernah punya niat untuk membaca Bisnis Indonesia yang isinya hanya angka-angka yang akan membuat saya ingat bahwa masih banyak invoice yang belum di-input. Ada satu artikel yang membuat saya kemudian serius membacanya. Judul artikel tersebut sudah sempat membuat saya tersenyum, “Anggia/Devi Membuat Kejutan”. Ya, Devi 
 Dialah Anggia Shitta Awanda, salah satu dari dua orang yang dibahas dalam artikel tersebut, orang yang baru 2 hari saya follow akun twitternya. Tidak banyak yang saya tahu tentang dia. Dan belum lama juga saya tahu tentang dia karena sebelumnya saya memang tidak terlalu memperhatikan atlet-atlet bulutangkis junior.

Baru beberapa bulan terakhir saya “mengenal” para junior yang ternyata sangat sering membuat saya terharu. Sebelumnya saya sempat dibuat terharu saat di Djarum Indonesia Open Super Series Premier, pasangan ganda putra besutan PB Djarum, Edi Subaktiar/Arya Maulana Aldiartama, meskipun akhirnya kalah sempat membuat ganda China, Chai Biao/Guo Zhendong, kerepotan. Senyum para junior yang masih mengandung senyum anak-anak memang selalu berhasil membuat mata saya memerah.
 Dan Anggia Shitta Awanda, satu dari banyak anak muda yang berhasil memerahkan mata saya. Bukan karena bersedih, tapi karena saya menahan sesuatu yang entah apa namanya. Sesuatu yang biasa saya rasakan di saat-saat saya bahagia akan sesuatu tapi tidak tau harus mengatakan apa. Mungkin saya akan menyebut itu bangga.
Banyak orang menyebutnya berkarakter seperti seniornya di Pelatnas, Greysia Polii. Gaya bermainnya, teriakannya, bahkan postur tubuhnya. Saya tidak ingin setuju dengan pendapat itu. Anggia adalah Anggia. Dia adalah sosok baru yang memiliki karakter sendiri. Bahkan saya lebih berharap, Anggia tidak seperti siapa-siapa. Dia harus menjadi dirinya sendiri, dengan prestasinya sendiri, dengan harapan sendiri, dengan Anggia yang Anggia sendiri.
 Dia, atlet muda masa depan Indonesia. Penerus tongkat estafet kejayaan bulutangkis Indonesia. Di tangannyalah kelak, bendera merah puti akan berkibar lagi di tiang tertinggi dunia. Di tangannyalah kelak, Indonesia Raya akan berkumandang lantang di hadapan masyarakat dunia.
Pernah sekali waktu air mata haru saya tiba-tiba meluncur turun dengan deras karena melihat foto Anggia saat bertanding di kejuaraan dunia junior. Matanya berkaca-kaca. Mungkin menahan rasa haru dan bangga. Saya membayangkan Indonesia Raya berkumandang diiringi Sang Merah Putih yang perlahan menaiki puncak tiang bendera ketika dia menangis bahagia. Dan saya tidak bisa menahan rasa bangga saya, walaupun pada saat itu saya masih belum tau siapa itu Anggia Shitta Awanda. Saya terlalu bangga sampai tidak bisa menahan air mata.
 Anggia, sosok murah senyum dan berwajah ceria ini mampu membuat saya percaya bahwa Indonesia masih punya harapan dan impian. Saya yakin, otot kuatnya akan dia berikan untuk Indonesia. Keringatnya akan menetes demi Indonesia.
 Tidak ada orang yang bisa kembali dan memulai awal yang baru, tapi semua orang dapat memulai hari ini dan membuat sebuah akhir yang baru.
 Buatlah sejarah, Anggia. Tuliskan namamu sebagai salah satu Dewi Wara Srikandi yang pernah dimiliki Indonesia. Dan saya, yang entah siapa ini, akan selalu berteriak lantang mendukung perjuangan atlet bulutangkis Indonesia di saat menang maupun kalah. Kapanpun itu. Bahkan saat banyak orang, bahkan pemerintah sendiri tidak memiliki rasa perduli.
 Berjuanglah untuk negaramu. Berjuanglah demi Indonesia. Jalan panjang masih membentang di depan sana. Tapakilah dengan penuh semangat dan doa. Dia, Sang Cahaya Maha Cahaya akan senantiasa menunjukkan jalan terang untuk orang-orang sepertimu. Untuk orang-orang yang berjuang meneteskan keringat bagi negaranya. Untuk orang-orang yang rela mengorbankan banyak hal untuk bangsanya.
 Terus berjuang, Anggia. Terbanglah serupa garuda dengan kepak sayapnya yang kuat mencengkeram merah putih di genggaman. Terbanglah di atas langit dunia yang biru menyambut kehadiranmu.
 Berteriaklah, Anggia. Teriakkan nama “Indonesia… Indonesia…” dengan teriakkan lantangmu. Biarkan Ibu Pertiwi tersenyum bangga memeluk mimpi-mimpimu.
 Terakhir sekali, Anggia, Indonesia bangga memiliki Srikandi sepertimu…

 Lilis Wiyatmo 27 September 2012

No comments:

Post a Comment