Cont~
Pak Penyo menginstruksikan pada kami untuk ikut pak Arif lagi. Di depan, kami bertemu mas Ari dan mas Dhedot, pamit, salim dan pulang. Seperti biasa, mas Dhedot selalu bersalaman dengan mantap. Kenapa tidak foto dengan mas Dhedot dan mas Ari? Karena kami sudah berfoto dengan mas Ampuh. It's a wrap!!!
Pak Arif mengantarkan kami sampai depan pagar yang ternyata masih terkunci rapat. Siapakah orang yang pernah memanjat tembok rumah CN yang tinggi banget saat subuh? Saya -_____-
Oke nggak usah dibahas.
Kami pun akhirnya masuk ke kamar setelah kunci yang ternyata tersembunyi di suatu tempat ditemukan. Dan kami pun tidur dengan seksama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya . Atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta. Okesip.
* * *
Day 3, Last Day
Saya terbangun di kolong tempat tidur dengan perasaan campur aduk. Dua hari ini saya tetap bertahan tidur di kolong. Sebagai alien saya akan merasa gagal bila tidur di tempat tidur.
Saya merasa nggak ikhlas karena itu adalah hari terakhir kami di Jogja. Kami pun packing, mandi dan naik ke lantai dua untuk ngepel. Ah, bukan ngepel sih, tapi melanjutkan sesi foto-foto. Setelah itu kami pergi ke Malioboro (lagi, grrrrrr) untuk mencari oleh-oleh dan makan siang yang digabung dengan sarapan, lalu tiba lagibdi beskem sekitar pukul 12:00. Kami masih sempat tidur-tiduran sampai ketika Hayu dan Mia datang.
Pukul 13:30, kami keluar kamar setelah membereskan semua barang-barang bawaan. Tidak lupa kami berpamitan pada Bapak penjaga rumah yang menyalami kami dengan ramah. Saya berjalan keluar dengan lemas saat sayup-sayup lagu Ruang Rindu terdengar. Saya langsung ndeprok di lantai. Metrika mingsek-mingsek . Damn!!! Windy kurang ajar sekali berani memutar lagu itu di saat seperti ini :((
Kami pun berpamitan pada mas Koko yang baik hati dan rajin menolong kami berfoto. Sayangnya kami lupa berfoto dengan berfoto dengan beliau. Pak Penyo datang dengan dedeknya yang pemalu.
Saya sedih lagi. Kenapa harus ada kosa kata bernama perpisahan? :(((
Kami berjalan bersama-sama menunggu bis sedangkan pak Penyo dan dedeknya yang pemalu menunggui di seberang jalan.
Dan bis pun datang. Kami semua berpelukan. Tidak ada air mata jatuh. Saya mulai tau bahwa perpisahan diciptakan agar ada kata saling merindukan. Kami akan pulang. Tapi kami merasa bahwa kami seperti meninggalkan rumah sendiri.
Selamat tinggal, Jogja. Kota di mana setiap orang bisa jatuh cinta. Kota tempat segala keramah-tamahan dan persahabatan dituai. Kota yang sederhana tapu bersahaja.
Satu lagi saya tinggalkan potongan hati dan mimpi di kota ini.
Terimakasih, Letto. Terimakasih, Pak Penyo. Terimakasih, mbak Peppie, mas Koko, pak Arif, teman-teman pLettonic Jogja dan semua yang ada di acara maiyahan malam itu. Terimakasih, rindu, cinta dan Jogja.
Saya akan selalu merindukan Jogja dan segala isinya. Saya akan merindukan kamu. Iya kamu. Kamu yang sedang tidak berada di kotamu. Kamu yang saya tunggu setiap pagi di pintu masuk kantor. Kamu yang selalu diam namun diam-diam saya kagumi. Kamu yang setiap hari saya rindukan tanpa kamu menyadari. Kamu, pemilik lengkung senyum serupa.pelangi. Saya sudah pulang ke kotamu, tanpa kamu :')
Kami pulang ke Jakarta secara terpisah. Saya dan Windy menuju.terminal Pasarminggu, Fitriabke Pulogadung dan Dwi ke Cileungsi. Metrika akan pulang keesokan paginya. Sedangkan Nabil malah sudah pergi ke Desa Brayut untuk menyaksikan Ngayogjazz.
Hujan mengiringi kepulangan kami menuju Jakarta. Kota dengan segala kesemerawutan di balik kemewahan gedung-gedung tinggi. Kota paling menjengkelkan yang sangat kami cintai. Kota tempat kami hidup dan mengais rejeki.
Jakarta, be nice please!!!
"walau kini kau t'lah tiada kan kembali
namun kotamu hadirkan senyummu abadi
ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
bila hati mulai sepi tanpa terobati..."
Lilis Wiyatmo
24 November 2012
Nb: sengaja diselipkan foto Lee Yong Dae dan Shinaro Ikeda, agar kamu lebih bersyukur :D
No comments:
Post a Comment