Wednesday, November 7, 2012

Surat Pagi

Dear kamu,

Pagi ini ditemani tulisan-tulisan di blog Aan Mansyur, Falling in Love at the Coffee Shop - Landon Pigg, dan secangkir minuman jahe hangat, saya kembali mengingat kamu. Kamu yang pernah menggenggam tangan saya dengan begitu erat di suatu malam Idul Adha di sepanjang jalan Kalibata sekitar setahun yang lalu.

Entah kenapa saya harus mengingat kamu. Entah kenapa pula saya harus menulis surat ini untuk kamu. Selama setahun lebih kamu meninggalkan saya tanpa sedikit pun kata atau sekedar salam perpisahan. Saya sempat tidak bisa terima dengan perlakuan kamu. Saya juga sempat mengatakan bahwa dunia tidak adil bagi kisah cinta saya. Sampai akhirnya saya menyadari, bahwa kamu bukan satu-satunya yang bisa saya harapkan. Bahwa Tuhan saya akan dengan murah hati mengirimkan seseorang yang benar-benar bisa menerima dan menyayangi saya apa adanya.

Di surat ini, saya ingin menuliskan beberapa hal yang belum pernah saya ceritakan padamu. Saya ingin mengatakan bahwa saya sudah memaafkan kamu, walaupun mungkin kamu tidak merasa bersalah telah meninggalkan saya tanpa berpamitan.

Mungkin saat kamu memutuskan untuk mninggalkan saya, kamu punya selusin alasan yang mungkin juga, apabila kamu ceritakan pada saya sebelum kamu pergi, akan membuat saya lebih menerima kenyataan bahwa kamu memang bukan orang yang tepat untuk saya. Seandainya kamu lebih berterus terang waktu itu, mungkin saya tidak memendam perasaan benci pada kamu selama setahun terakhir ini.

Pagi ini, setelah membaca sebuah tulisan di blog milik penulis dari Makassar, M Aan Mansyur, saya berpikir bahwa inilah waktu yang tepat bagi saya untuk melupakan semua yang telah kamu lakukan pada saya. Saya memutuskan untuk menghapus semua hal yang pernah membuat Ibu saya bersedih karena melihat anak perempuannya ditinggal pergi oleh orang yang digadang-gadang akan memberikan pundaknya pada saat saya butuh tempat bersandar. Saya memutuskan untuk menghapus semua hal tentang kenangan, tentang sakitnya ditinggalkan, tentang sakitnya memiliki hati terlantar, tentang sakitnya digantungkan, tentang semua hal yang berkumpul membentuk sesuatu bernama kamu.

Saya akan selalu berdoa semoga kamu selalu membuat keputusan yang tepat disetiap jalan yang kamu pilih. Tuhan akan menerangi jalanmu selama kamu masih mengingat-Nya. Biarkan semua kenangan yang pernah tertulis menjadi satu bab cerita di buku kehidupan saya. Saya tidak akan lagi mengatakan keburukan kamu dan betapa sakitnya saya saat kamu tinggalkan. Karena saya sudah tahu bahwa semua sakit yang saya rasakan adalah berawal dari saya sendiri. Saya milih kamu, saya ditinggalkan kamu, saya harus siap menerimanya. Mungkin pertemuan adalah perpisahan yang tertunda.

Terakhir sekali, terimakasih atas semuanya. Terimakasih telah mengisi satu bab dalam buku hidup saya. Terimakasih telah memberikan pengalaman yang amat sangat berharga untuk saya. Semoga kamu selalu bahagia di mana pun kamu berjalan, apapun yang kamu lakukan dan dengan siapa pun kamu nantinya. Jangan sakiti hati Ibu dari anak-anak perempuan lain ya :)

Selamat pagi dan mari saling memaafkan...

No comments:

Post a Comment