Ketika itu 15 Juni 2013. Suasana Istora sudah mulai sepi. Hanya ada sekitar 500an orang yang bertahan di dalam. Dua di antaranya adalah aku dan sahabatku, Fitria *haseeeeekk, udah kayak buku bahasa Indonesia belum?*.
Harusnya ini masuk ke postingan "The Story of #NgIstora (part 4)". Tapi ini harus dibuat postingan tersendiri demi kebaikan dan kelangsungan umat manusia.
Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah membuat Istora lumayan sepi malam itu, terutama daerah tempat aku dan Fitria duduk. Hanya ada beberapa cewek-cewek seumuran aku dan Fitria (baca : abg), dan beberapa orang yang nggak sempat aku lihat. Match terakhir malem itu semacam bukan pertandingan bulutangkis, melainkan sebuah show dari boiben Korea yang akhir-akhir ini ramai digelar. Bayangpun, ada 4 orang pria berkulit porselen dan wajah alamak ganteng amat yak, siap untuk mengisi lapangan yang jaraknya hanya beberapa meter dari pandangan mata.
Announcer udah bersuara, beberapa orang maju ke pinggir lapangan tempat para atlet yang akan bertanding lewat nantinya. Aku yang ingin menjadi manusia mainstream pun meloncati kursi untuk ikut berbaris di pinggir lapangan. Bermodalkan kamera henpon milik Pipit, aku nyalakan kamera video.
Nama Yoo Yeon Seong dan Shin Baek Cheol dipanggil oleh announcer. Keluarlah 2 orang berbadan tinggi tegap dengan kulit yang bening sebening gelas belimbing. Mungkin mereka tiap hari mandi pake Tje Fuk atau minum pelitur 3 kali sehari.
Sebagai orang norak *hidup noraaak!!!*, aku yang hidup di antara garis pengaharapan yang tak pernah padam ini, menjulurkan tangan ke depan, ke arah Yoo Yeon Seong dan Shin Baek Cheol. Dan yah, Shin Baek Cheol dan Yoo Yeon Seong ternyata merelakan tangannya bersalaman dengan gadis norak ini. Rasanya gimana rasanya? Halus kayak tepung aaaaakkk...
Lalu dipanggillah orang yang ditunggu. Ko Sung Hyun/Lee Yong Dae melangkah bak super model papan atas. Orang-orang di sampingku histeris dan menjulurkan tangan dengan norak lagi. Begitupun aku. Tapi mereka hanya tersenyum (terutama Ko Sung Hyun sih yang senyumnya lebar banget). Dan Gusti Pangeraaaan, itu komuknya Lee Yong Dae deket banget di depan muka ane. Dengan kumis tipis yang menghiasi bibirnya nggak terkontrol, and those biceps ooo em ji what the hell. Lee Yong Dae enak banget keliatannya ya Alloooh. Seger-seger manis gimana gitu. Dan Sung Hyun Oppa, badannya beuuhhhhh, ototnyaaaaaaah, pundaknyaaaah, betisnyaaaaaaaaahh, biceps-nyaaaaaaahhhh aaaaahh *pingsan*.
Pipit terlihat ketawa ngekek dari atas kursi. Biarin, yang penting akoh udah salaman (--,).
Pertandingan ini semacam pertandingan hiburan. Aku sih berharap match-nya rubber. Eh ternyata nggak. Sepanjang pertandingan, kami ditemani oppa-oppa Korea yang terdiri dari pelatih MD (yang pas quarter final dicegat cewek-cewek di pintu masuk diajakin foto), juga ada 2 atlet MD Korea yang masih kecil kayaknya, entahlah siapa namanya aku juga nggak hapal. Salah satunya Kang Ji Wook kalo nggak salah.
Tim Korea lumayan rame juga ternyata. Rame ngetawain kami-kami yang sibuk dan nggak bisa nahan diri untuk nggak teriak ke makhluk halus yang ada di lapangan. Ini halus dalam arti yang sebenarnya.
Pertandingan dimenangkan oleh Ko Sung Hyun/Lee Yong Dae dalam dua set. Dan acara malam itu pun selesai. Tapi ke-norak-an dan ke-alay-an tidak selesai sampai di situ.
Kami keluar Istora. Beberapa orang berkumpul di depan pintu masuk atlet. Kebanyakan tentu saja adalah kaum hawa. Tapi ada beberapa juga pria-pria khilaf yang ikut nunggu.
Dengan harap-harap cemas, aku dan Pipit berdiri dengan pedenya di depan pintu masuk bis sambil ngobrol dengan pak sopir bis yang malah nyuruh kami ke hotel. Aku sih lebih pengen nyelinap ke dalem bis dan minta diculik dibawa ke Korea daripada harus nungguin di hotel. Tapi nyatanya, nggak ada satu pun dari pria-pria porselen itu yang mau nyulik aku :(
Setelah beberapa waktu menunggu, akhirnya satu-persatu orang keluar. Dimulai dengan beberapa orang yang duduk di belakang kami saat di dalam. Suasana masih aman saat rombongan ini masuk bis. Lalu keluarlah Shin Baek Cheol. Hormon norakku membuncah. Dengan tekad dan hasrat yang meluap-luap, aku mendekat ke pintu bis dan nyolek tangannya Shin yang masih keringetan. Entah Pipit melakukan apa. Yang jelas suasana mulai kacau.
Lalu porselen kedua keluar. Ko Sung Hyun dan Yoo Yeon Seong-nya akoh keluar dan masuk ke bis. Menurut laporan, Pipit sempat megang jaketnya Sung Hyun Oppa. Jaket? Iya jaket. Biarlah, lumayan. Aku sendiri harus puas hanya dengan megang tangannya Yoo Yeon Seong-nya akoh (LAGI).
Keadaan mulai tak terkontrol gara-gara Ko Sung Hyun.
Mereka sudah mengambil posisi masing-masing di kursi bis. Shin Baek Cheol duduk paling depan. Sung Hyun dan yang lain menempati kursi belakang. Tapi jagoannya belum muncul juga. Seperti biasa, ini memang selalu terjadi. Pemeran utama selalu muncul terakhir kayak polisi India.
Setelah menunggu di bawah hujan badai, petir menyambar, tanah longsor, gempa bumi dan tsunami, akhirnya beberapa teriakan histeris bergemuruh. Beberapa orang dengan rompi kuning berjalan menuntun seseorang yang berjalan pasrah sambil menundukkan muka. Yah, dialah tersangka utama yang ditunggu. Suara histeris terdengar di mana-mana. Dan itu muka makin deket aja sama kita. Oh Tuhan, begitu indah ciptaan-Mu. Begitu halus dan sempurna buatan-Mu. Subhanalloh :')
Semua orang berebut untuk memegang bagian badan dari Lee Yong Dae. Norak yo ben. Mumpung belum nikah yo ra?
Aku dapet pipinya. Pipit dengan tanpa kasih sayang ngeremes biceps-nya dan langsung lonjak-lonjak kegirangan. Kalo pada mau tau kayak apa rasanya pipi Lee Yong Dae, rasanya halus dan kemlenyer, sampe sekarang aku masih bisa ngerasain dan ngebayangin sentuhan-sentuhan yang terjadi malem itu. Mumpung kami masih abg, jadi ya gpp lah ya.
Sampai di dalam bis, LYD langsung diledekin temen-temennya. Dia cuma cengar-cengir salah tingkah.
Sampe beberapa menit, bis belum jalan juga. Ternyata mereka nunggu si Yip Pui Yin jiayo. Ohhh God, I can kill myself and exchange my life with Yippy. Itu cewek sendiri di dalem bis yang isinya porselen semua pegimana rasanya cobaaaak? Ya Rosullll...
Setelah Yippy masuk, pintu bis ditutup dan bis perlahan berjalan. Oppa ganteng kita semua duduk di pinggir jendela. Dia sempat senyum dan melambaikan tangan dengan diiringi oleh jeritan histeris oleh para Jamaah Al-Lee Yong Dae-iyah.
Entah dirasuki oleh hantu darimana, aku dan Pipit langsung lari ke parkiran dan ngebut entah kemana. Tanpa helm dan peralatan perang, Pipit menjalankan motor bak kesetanan. Tujuan kami adalah satu, Hotel Atlet Century. Setelah muter-muter nyari tempat parkir, kami lari-larian ke lobby hotel untuk mencari pengharapan. Ya siapa tau aja, ye nggak?
Tapi hari itu ternyata keberuntungan kami ternyata hanya sebatas sentuhan. Yippy yang satu bis dengan tim Korea ternyata sudah asik ngobrol dengan fans-nya di depan hotel. Berarti dimana oppa-oppa kita? Ya udah bobok atau mandi mungkin. Padahal kalo capek, kami juga rela suruh mandiin atau kalo ada yang masuk angin, aku ahli hal kerokan. Tapi sayang seribu juta kali sayang.
Petualangan kami harus berhenti hari itu. Kami pulang dengan tangan yang tidak lagi hampa.
Semoga tahun depan kami bisa berjumpa lagi dengan pasukan porselen ini. Sampai jumpa, Oppa
:*
No comments:
Post a Comment