Saturday, June 22, 2013

The Story of #NgIstora (part 5) "A Happy Tears For A Legend"

     16 Juni 2013 adalah hari bersejarah yang nggak mungkin aku lupain sepanjang hidup. Untuk pertama kalinya aku nonton final Indonesia Open secara langsung. Biasanya cuma mampu nonton di tv. Ya you know lah, masalah keuangan selalu menjadi penghambat nomer 1.

     Pagi hari, aku dan Fitria bertemu di depan Istora. Dimulai dengan mencari loket penjualan tiket kelas 1, foto-foto di lokasi-lokasi yang menarik, dilanjut dengan nyari sarapan di depan GBK. Fyi, soto ayam di depan GBK harganya 15rb. Seselai makan kami kembali ke Istora dan langsung menuju booth Yonex untuk mengambil kaos yang dibagikan gratis. Kemudian kami masuk ke tribun kelas 1 dan mencari tempat duduk paling wueanak.

     Jam 11, suasana mulai terasa meriah. Penampilan perkusi dan DJ mengawali dibukanya acara final hari itu. Tata cahaya luar biasa ditambah dengan kemeriahan penonton yang tetap hadir meskipun harga tiket yang melambung dan wakil Indonesia yang hanya 1 di final.

     Acara hiburan dilanjut dengan penampilan grup tari Rumingkang lalu dilanjut dengan kemeriahan grup musik Project-Pop yang menyanyikan beberapa lagu. Di tempat duduk khusus pemain, tampak keluarga besar Taufik Hidayat berkumpul mengenakan baju yang sama dengan aku pakai. Aku mulai merinding ketika melihat mereka, dan mataku mulai.panas saat Project Pop menyanyikan lagu "Ingatlah Hari Ini". Aku langsung menggandeng tangan Fitria yang duduk di sampingku.

     Perasaan dan emosiku campur aduk mendengar lagu itu dan mengingat apa yang akan terjadi selanjutnya. Mataku tetap memanas dan puncaknya adalah ketika jajaran PBSI berkumpul di dekat podium. PBSI 1 melambaikan tangan dengan senyum manisnya ke arah penonton. Pak Gita Wirjawan memberikan sedikit kata sambutan yang nyatanya walaupun sedikit tetap membuat mataku makin panas. "Once Champion, Always A Champion" adalah kalimat yang membuat mataku membanjir tak tertahan. Yah, PBSI 1 memberikan ucapan terimakasih kepada  sang juara kebanggaan Indonesia yang hari itu akan melepas senjata dan meninggalkan medan perang yang selama lebih dari 17 tahun digelutinya. Dialah Taufik Hidayat. Si anak kontroversial yang namanya sangat dihargai oleh bulutangkis dunia. The Smiling Assassin yang mempunyai backhand smash lebih baik dari siapa pun.

     Sebuah video tentang TH diputar. Mataku masih belum mau berhenti mengalirkan airmata. Sampai ketika mc memanggil nama sang pahlawan diikuti dengan munculnya seorang pria berjaket merah yang tersenyum menahan air mata, mataku makin pecah. Perasaan sedih, bangga, terharu dan emosional bercampur menjadi satu.

     Taufik berdiri di depan mic, mengucapkan retirement speech-nya di depan publik Indonesia yang hadir di Istora waktu itu. Gemuruh tepuk tangan dan suara-suara yang memanggil namanya serentak hilang saat Taufik memulai kata-katanya. Wajah-wajah penuh haru tampak di sekitarku. Taufik berhasil menahan air matanya. Banyak orang menangis hari itu. Tangisan yang tentunya adalah campuran rasa sedih, terharu, terimakasih dan bangga karena telah menjadi saksi berhentinya sang legenda.

     Taufik mengakhiri pidatonya dengan ucapan terinakasih. Dan saat Taufik masuk, mc meminta penonton yang hadir untuk sama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Habis sudah mataku.

     Banyak penonton yang memakai kaos "We Love Taufik" termasuk aku. Tidak terkecuali para atlet baik nasional maupun internasional. Bahkan beberapa atlet Cina yang sudah kalah datang ke Istora hari itu. We DO love Taufik. Terimakasih, pahlawan. Terimakasih atas dedikasi dan prestasi yang telah kau berikan. We all wish a happy life for you. Thank you, mr. Taufik
:')

     Keharuan masih tersisa. Tapi pertandingan harus berlanjut. Match pertama adalah ganda putri antara Wang/Yu vs Bao/Cheng. Inget apa yang aku tulis di part 1? Orang yang foto sama aku dan Fitria berpotensi langsung juara terus atau langsung kalahan. Dan hari itu, Wang Xiaoli yang saat latihan di hari Minggu sempat foto sama aku, harus melepas gelarnya tahun lalu. Entah kekalahan ini permainan atau bukan, hanya Tuhan dan paduka Li Yongbo yang tau.

     Match kedua menggemuruh. Pertandingan antara Datok Lee Chong Wei vs Marc Zwiebler berlangsung sengit. Pada akhirnya Datok dapat memenangkan pertandingan dan berdiri di podium tertinggi. Penonton histeris ketika Datok menukar bajunya dengan milik Marc, kemudian menggantinya dengan kaos "We Love Taufik". Iya, Datok memang teman baik Taufik. Teman baik yang sekaligus 'musuh bebuyutan' di lapangan. Aku terharu lagi. Satu persatu maestro bulutangkis melepas senjata. Setelah Peter Gade, menyusul kemudian Taufik, mungkin selanjutnya Lin Dan dan Lee Chong Wei akan segera menyusul. Entahlah, tidak ada yang tau. Yang jelas, sebelum pensiun plis temuin aku sama Lin Dan, Ya Alloh :')

     Match ketiga adalah tunggal putri. Yang lagi-lagi harus menempatkan wakil dari negara tirai bambu, Li Xueri melawan mbak Yuliani Schenk dari Jerman. Kita menyaksikan sendiri, Hittler kalah dari Mao Tse Tung XD
Dua gelar untuk Cina.

     Match keempat adalah match palinh ditunggu oleh seluruh publik Istora. Lampu dimatikan. Hanya ada lampu sorot yang mengarah ke pintu keluar atlet. Beberapa penari berdiri di depan pintu. Musik gempita diperdengarkan. Another goosebump moment. Bulu-bulu kakiku berdiri. Dan mbak Fitria yang ga terlalu banyak teriak, sibuk ngurusin bulu tangannya yang berdiri.

     Nama Ko Sung Hyun/Lee Yong Dae dipanggil. Jeritan histeris terdengar di mana-mana. Wanita-wanita berubah menjadi atraktif karena ada 2 anggota boyband yang berjalan sambil pamer otot dan bibir. Suasana makin kacau balau saat nama satu-satunya wakil Indonesia dipanggil. Muhamad Ahsan/Hendra Setiawan berjalan ke arah lapangan didampingi oleh benerapa penari yang memakai baju kelap-kelip.

     What a sensual match, hahahaa

     Ko Sung Hyun/Lee Yong Dae seperti antiklimaks. Menghadapi Ahsan/Hendra mereka seperti tida berkutik. Defense mereka yang biasanya rapat, dapat dengan mudah ditembus. Dan smash halilintar mereka lebih meleset.

     Jari Ahsan sempat terluka dan berdarah di akhir-akhir babak kedua. Setelah sempat dihentikan, akhirnya pertandingan dilanjutkan dan akhirnya, satu-satunya wakil kebanggaan Indonesia berhasil menumbangkan satu-satunya wakil Korea. Tapi terimakasih Ko/Lee, karena kalian bermain luar biasa sepanjang turnamen, maka kami bisa tetap menyaksikan paha-paha semok dan otot gigit-able milik kalian sampai di partai puncak.

     Tribun tempat aku duduk mulai rusuh saat pembagian hadiah. Semua orang merengsek ke depan tidak terkecuali aku. Menyaksikan dari dekat karingat Ko Sung Hyun yang segede-gede jagung nempel di biceps-nya, bikin aku haus dan keroncongan. Kayaknya enak banget itu lengan atasnya Sung Hyun Oppa. Enaaaak~

     Pak Gita sempet nyuruh Sung Hyun/Yong Dae untuk dadah-dadah ke arah kami. Pak Gita memang paling tau deh *cium pak Gita*

     Dan you semua para wanita bisa bayangkan, di podium ada Hendra/Ahsan dan Sung Hyun/Yong Dae, ditambah pak Gita dan Ricky Subagja. Aaaahhhh heaven is so close to the earth :')

     Match terakhir adalah partai ganda campuran yang mempertandingkan antara Zhan Nan/Zhao Yunlei vs Ficher/Pedersen yang setelah melalui pertempuran alot, lagi-lagi gelar harus pergi ke Cina. Biarin deh, sesuka mereka. Buat hiburan karena sebentar gelar-gelar itu tidak akan pulang ke Cina melainkan ke negara kita, Indonesia. Amiiiiinnn....

     Sebelum pembagian hadiah, aku dan Fitria pergi meninggalkan Istora karena esok harinya kami harus kembali ke dunia nyata dan menjalankan aktivitas membosankan di kantor yang kaku. Kadang-kadang, dunia nyata memang lebih membosankan.

     Hari itu benar-benar hari bersejarah. Semuanya akan aku simpan di hati dan aku bawa untuk aku ceritakan pada anak cucuku nanti.

     Istora, sampai jumpa tahun depan.




          Be Nice, Be Love...

    

    

No comments:

Post a Comment