Monday, June 17, 2013

The Story of #NgIstora (part 1)

Bismillahirrohmanirrohiiim...

     Mari kita mulai cerita ini dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa, mulai.

     Sebenarnya cerita #NgIstora ini sudah saya posting di blog sebelum ini. Tapi saya jadikan blog ini menjadi part 1, karena saya rasa blog sebelumnya adalah postingan yang lebih pribadi, cerita tentang pertemuan saya dengan suami saya, Jan Ostergaard Jorgensen *oke, abaikan*.

     Saya akan mulai cerita saya ini -yang entah ada yang mau baca atau tidak- dengan cerita lanjutan pertemuan saya dengan Jan. Tenaaaang, saya nggak akan nyeritain si "viking", karena memang sampai hari terakhir kemarin, Jan sudah tidak muncul di hadapan saya. Sebagai penganten baru saya merasa gagal (,--)/||

     Seperti cerita sebelumnya, hari Minggu tanggal 9 Juni saya pergi ke Istora Senayan untuk nonton sesi latihan para atlet, baik atlet Indonesia maupun atlet-atlet luar negeri. Sebagai orang yang norak (iya, saya norak kalo liat atlet bulutangkis), saya tetap menjaga diri agar tidak heboh saat melihat atlet-atlet yang berada di lapangan. Harka diri bangsa Indonesia dipertaruhkan.

     Beberapa saat setelah tim Denmark pergi, yang pada saat itu saya hanya fokus pada Jan, saya kembali masuk ke dalam arena Istora untuk kembali menonton. Sebelum keluar, saya sudah melihat tim ganda putra-putri dari negara alien, China. Layaknya pasukan Mao Tse Tung yang sedang berlatih perang, aura bahaya tercium di mana-mana. Tampak pada saat itu Cai Yun (yang sempat saya kira adalah Chen Long) mengenakan kaos putih, Fu Haifeng, Liu Xiolong, Qiu Zihan, Zhang Nan, Chai Biao, Hong Wei, dan seorang pria bersuara jeleger yang nyebut namanya aja saya males banget yaitu Xu Chen :|

     Di lapangan dekat pintu masuk juga tampak pemain putri dari semua sektor termasuk sang juara Olimpiade London, yang tahun lalu sempat foto sama saya dan Pipit, yak Li Xuerui. Fyi, dia bisa juara Olimpiade karena abis foto sama kami berdua. Atlet yang abis foto atau ketemu dengan saya dan Pipit pasti punya 2 pilihan, kalo nggak langsung juara ya langsung kalahan. Banyak yang sudah membuktikan. Tapi nggak usah tak sebutin, ndak dikira sombong yo ra? Nanti malah banyak yang pengen poto bareng saya biar juara (--,)

     Yang paling menonjol dari tim ganda China menurut saya adalah Chai Biao. Tinggi, putih kemerahan, rambut jambul asik, dan ganteng. Bao Chunlai yang udah wara-wiri di tipi juga menurut saya masih kalah ehem dari Chai Biao. Tapi yang paling nyeret ati saya buat ngeliatin adalah Cai Yun/Fu Haifeng. Sebagai pasangan yang diimpor langsung dari negeri petir, yang kalo smes bisa matahin kakinya David Beckham, mereka tetaplah mempesona. Walaupun udah om-om, tapi tetep aduhai. Saya sebenarnya selama kesel ngeliat mukanya Cai Yun gara-gara ngeliat mukanya pas set pertama final Olimpiade Beijing 2008. Tapi yang namanya orang yang ngaku pecinta bulutangkis, mau kesel gimana pun, kalo liat langsung juga tetep aja terpesona. Dan bibirnya paman Fu Haifeng tetaplah bibir manis yang kalo mingkem khas banget.

     Di sana juga terlihat mantan tunggal putra top dunia yang baru pensiun beberapa bulan lalu. Siapa lagi kalo bukan koko Chen Jin wo ai ni. Paginya, waktu nyegat Jan sih saya udah ketemu. Malah ketemu Chen Jin lebih dulu sebelum ketemu Jan. Tapi saya nggak pengen foto bareng walaupun Chen Jin udah pasang muka ramah dan sempet beberapa detik sapa-sapaan sama Jan.

      Pipit saat itu ngebet pengen foto sama Chai Biao. Saya juga pengen foto sama Cai Yun/Fu Haifeng sebenernya, tapi takut diculik. Tapi akhirnya kami memutuskan untuk keluar Istora dan "nyegat alien" di depan pintu di mana sudah berkumpul anak-anak abege yang pastiny seumuran kami yang masih abege juga ini *kemudian nyobek ktp*. Sampai di depan pintu ada mas SDK yang lagi diajak foto oleh beberapa anak yang SEBAYA dengan kami berdua (penting), sebelum akhirnya mas SDK masuk dan berbarislah itu pasukan alien dari dalam. Saya ngelongok di depan pintu disuruh manggil Chai Biao sama Pipit. Entahlah, kenapa saya harus mau.
Ketika dada Chai Biao persis di depan muka saya, saya panggil namanya pelan,
"Chai Biao..."

" So... so..." jawabnya sambil berjalan. Kemudian jamaah hening, termasuk saya yang nggak ngerti apa itu arti dari "so so". Maka tersebutlah kisah "Chai Biao So So". Dan di situlah saya pertama kali melihat dan menyadari kalo Zhang Nan ternyata ehem juga dan saya rela dibaca pulang ke negeri China *lalu digaplok Zhao Yunlei*

     Kami lalu melupakan kejadian Chai Biao So So beserta rombongan yang masuk ke warming up hall, karena ada banyak atlet lokal yang tidak kalah ehem seliweran masuk ke dalam. Dan yang ini pas dipanggil nggak jawab "so so" tentunya. Datang Hayom yang sempat membuat Pipit gemeter karena foto bareng kemudian lupa kalo saya juga pengen foto bareng :/
Kemudian ada kak Icad yang sempat senyum sambil makan apaan tau, lalu ada ko Hendra yang sempat ditarik ke sana-sini dimintain foto bareng, juga Ahsan, Shendy Puspa, Bellaetrix, Lindaweny, Debby Susanto, Riyanto Subagja, Owi, Fran, Hafiz/Putra dan Alamsyah Yunus. Entah kenapa semenjak ketemu di Sirnas Jakarta dengan Alamsyah, pas ketemu lagi malah pengen ngakak XD
Dan entah kenapa itu bocah ada di mana-mana --"

     Kami juga sempat foto dengan sang legenda ganda putra peraih medali emas olimpiade Atalanta, Rexy Mainaki.

     Dan gong dari seliwerannya atlet Indonesia tadi adalah ketika Liliyana Natsir, cici gantengnya akuh dateng sambil senyum. Anak-anak yang berkumpul di depan yang kebanyakan adalah perempuan berteriak histeris. Dan salah satu dari mereka yang hanya bisa ngelus dada sambil istighfar, yaitu saya :|

     Liliyana adalah perempuan, dan kebanyakan dari jamaah al foto bareng atletiyah adalah perempuan, tapi kenapa histerisnya kayak liat Siwon shirtless (yang btw saya nggak paham Siwon mukanya yang mana).

     Saya dan Pipit masuk lagi. Menikmati aksi para atlet kebanggaan Indonesia berlatih. Tapi masih ada tersisa 4 tunggal putra China yaitu Chen Long, Du Pengyu, Wang Zhengming, dan Chen Yuekun. Dan entahlah itu si Bellaetrix Manuputty kesambet apa minta foto bareng sama Chen Long terus loncat kegirangan pas udah selesai. Dan ngomong-ngomong itu Chen Long kalo mau sama saya juga saya ikhlas. Tapi saya juga ikhlas kalo si atlet manekin, Wang Zhengming, mau saya ajak pulang buat pajangan di kosan :")

      Satu atau dua jam kemudian, muncul beberapa atlet bule dari Polandia yang namanya huruf konsonan semua. Mereka sekitar 4 orang, datang sambil celingak-celinguk nggak dapet lapangan. Akhirnya mereka duduk di pojokan lapangan di samping Putra Eka Roma yang lagi ngompres lengan.

     Saya dan Pipit keluar menjalankan kewajiban sambil numpang charge hp yang sudah sakaratul maut. Beberapa menit kemudian saat hp saya siuman, saya baca twit dari @smesnyangkut yang melaporkan datangnya pangeran dengan bibir monyong asik. Kami langsung berlari mencari pintu. Saat berhasil menemukan pintu dan melihat ke arah lapangan kami langsung susah menguasai diri.
"aaaaaaakkkkk ituuuuu", teriak Pipit.
"Allooohuakbaaaar", saya langsung pengen adzan.

     Empat orang dengan kulit bak porselen mengayunkan raket dengan muka yang ah. Iya, itu yang di lapangan adalah pangerannya bulutangkis. Iya, itu Ko Sung Hyun sama pasangannya. Iya, itu Lee Yong Dae aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk *matik*

     Kami duduk di tempat dengan posisi paling nyaman dan pas dengan posisi Lee Yong Dae. Cewek-cewek pasang muka mupeng, termasuk Pipit yang anteng nempelin senyum sok manis kayak bakal dilirik hahahahaaa. Tapi ya mau gimana ya? Sebagai wanita normal, kami harus pasang muka mupeng semupeng-mupengnya kalo liat "es buah" yang seger gitu. Entahlah, atlet pria Korea memang rata-rata minta disruput. Bikin haus dan lapar.

     Saya akhirnya memilih untuk fokus. Fokus ngiler ngeliatin biceps yang gigit-able. Dan saya baru sadar ternyata sebelum tim Korea masuk, tim Malaysia lebih dulu latihan setelah tim Indonesia selesai. Terus mas-mas Polandski tadi latian di mana? Entahlah, biar Tuhan yang tahu. Di tim Malaysia terlihat Datok Lee Chong Wei, Koo/Tan dan beberapa orang lain yang saya nggak paham namanya. Karang aku ki pahame mung telu :/

     Kita tinggalkan Malaysia dan fokus pada pahanya Lee Yong Dae, eh pada skill Lee Yong Dae maksudnya.

     Si Oppa ini kayaknya tau banget diliatin manusia bermuka mupeng di tribun. Gerakannya minta dipanggil banget. Padahal yang dipinggir lapangan sini emang udah ngampet banget pengen manggil tapi takut diusir bapak sekuriti. Yang bisa kami lakukan adalah ngikutin kemana pun dia gerak. Bahkan saat dia pindah lapangan pun, jamaah ikut pindah.

     Dan saat mereka mau pulang, jamaah mupengiyah sudah menunggu di samping bis. Mereka keluar satu-persatu. Dan saat semua hening, terakhir, berjalanlah itu makhluk porselen diiringi histeria yang menggema aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk

      

          *to be continue*

  

    

No comments:

Post a Comment